iaminkuwait.com, JAKARTA — Meski bukan lagi Ibu Kota Negara (IKN), Jakarta masih menjadi kiblat mode bagi daerah lain di Indonesia, menurut pengamat. Ini merupakan kesempatan bagi para desainer untuk terus berkreasi.
Di Jakarta, Selasa (21/5/2024), pengamat fesyen Hartono mengatakan, “Saat ini brand fesyen global sedang menyasar Jakarta. Oleh karena itu, tantangan bagi desainer lokal untuk bersaing.”
Menurut dia, alasan mereka memilih Jakarta karena berbagai event nasional dan internasional digelar di negara tersebut dan membutuhkan pakaian yang sesuai dengan tema saat ini. Tak hanya itu, tradisi masyarakat Timur (Asia), termasuk masyarakat Indonesia, senang dengan upacara yang melibatkan orang (tamu) dalam jumlah besar, seperti pernikahan, yang merupakan peluang pasar di industri fashion.
Namun salah satu keunggulan perancang busana Indonesia adalah kepiawaiannya dalam bidang sastra yang memang kaya akan tanah air sehingga menjadi keunggulan kompetitif. Menurutnya, kita harus bisa menerima tren fashion dunia, misalnya sebuah merek pakaian wanita internasional punya gaya yang cocok untuk wanita tersebut.
“Ada perempuan yang sering berpenampilan maskulin, namun tetap mengedepankan feminitasnya atau fleksibel. Banyak perbedaan di semua merek ternama tersebut,” kata Hartono.
Terkait peluang fesyen internasional, Dewan Panitia Pintu Inkubator Teresia Maretta aktif merekrut desainer lokal untuk mengikuti program inkubasi sehingga memberanikan mereka untuk tampil di salah satu kiblat fesyen dunia di Paris, Perancis. “Dari segi menjahit dan mendandani tidak kalah dengan ‘merek’ ternama di dunia. Namun yang menjadi kendala hanyalah merek tersebut tidak terkenal atau sangat kecil. Oleh karena itu, penting untuk mengenal dunia. ,” kata Theresia di forum mode “JF3 Talk”.
Menurutnya, banyak desainer di Indonesia yang kreatif dalam menciptakan fashion, namun lemah dalam mengembangkan usahanya. Jadi banyak cara untuk memperkuat brand kecil, misalnya dengan menggandeng partner atau merekrut orang-orang yang paham bisnis untuk memperkuat brand.
“Dari segi ide kreatifnya berkembang, bahkan desainer yang sudah ada pun kadang tidak memikirkannya. Tapi mereka tidak tahu sumber dana yang bisa menghubungkan idenya,” kata konsultan JF3 Theresia.
Diakui Theresia, tahun ini hanya tujuh merek yang mengikuti inkubator, atau kurang dari 12 merek pada 2023. “Kami hanya memilih tujuh merek yang layak memasuki kancah fesyen dunia,” kata Theresia.
Teresia menjelaskan, tahun lalu ada 400 brand yang ikut serta, namun hanya 50 brand yang lolos tahap seleksi dan hanya 12 brand yang lolos ke tahap final.
Program inkubator ini berlangsung selama enam bulan, setelah itu mereka harus bisa menjalankan diri untuk mengembangkan brandnya. “Mitra yang kita pilih harus konsisten dengan sastra Indonesia. Jangan sampai berhenti di tengah jalan,” kata Teresa.