iaminkuwait.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 46 poin atau 0,29 persen menjadi Rp 16.304 per dolar AS pada Selasa pagi dari Rp 16.258 sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan rupee akan menguat pada Semester II-2024.
“Kami memperkirakan nilai tukar rupiah pada semester II akan berfluktuasi antara Rp16.000 hingga Rp16.200, sehingga sepanjang tahun ini sebesar Rp15.900 hingga Rp16.100, lebih tinggi dibandingkan asumsi makro APBN sebesar Rp15.000,” kata Sri Mulyani dalam sambutannya. rapat kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta beberapa hari lalu.
Menkeu mengatakan pergerakan rupee terutama akan dipengaruhi oleh kemungkinan The Fed memangkas suku bunganya mengingat situasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat saat ini.
Yield obligasi pemerintah (SBN) tenor 10 tahun diperkirakan berkisar antara 6,9 persen hingga 7,1 persen pada paruh kedua tahun 2024, serupa dengan prospek setahun penuh pada tahun 2024. Sedangkan di babak pertama, arus. tingkat imbal hasil SBN tersebut sekitar 6,85 persen, lebih tinggi dibandingkan asumsi APBN 2024 sebesar 6,7 persen.
Inflasi pada semester kedua dan setahun penuh tahun 2024 diperkirakan berada pada kisaran 2,7 hingga 3,2 persen, tidak terlalu jauh dari target APBN sebesar 2,8 persen. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5 hingga 5,2 persen pada semester kedua dan prospek tahun 2024 diperkirakan masih cukup kuat bagi perekonomian nasional, namun perlu mewaspadai berbagai risiko global.
Harga minyak mentah Indonesia diperkirakan berada pada kisaran US$79-85 per barel; angkat minyak 580 ribu-609 ribu barel per hari; dan ekstraksi gas sebesar 975-1.007 ribu barel setara minyak per hari. Defisit anggaran pada akhir tahun 2024 diperkirakan sebesar 2,7 persen terhadap PDB, lebih tinggi dibandingkan APBN tahun 2024 sebesar 2,29 persen terhadap PDB.
Pendapatan pemerintah diperkirakan mencapai Rp 2.802,5 triliun, atau meningkat 0,7 persen YoY, terutama dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian yang berkelanjutan dan positif, penerapan reformasi perpajakan, peningkatan dividen badan usaha milik negara. BUMN), dan peningkatan layanan kementerian/lembaga (K/L).
Sementara belanja pemerintah diperkirakan mencapai Rp3.412,2 triliun atau 102,6 persen dari pagu APBN tahun 2024, sejalan dengan peran APBN sebagai shock absorber untuk menjaga momentum pertumbuhan, melindungi daya beli, dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan prioritas nasional.