iaminkuwait.com, JAKARTA – Lembaga Filantropi Indonesia (PFI) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapenas merilis Outlook Filantropi Indonesia pada tahun 2024. Perkiraan tersebut memberikan hasil yang beragam bagi perkembangan sektor filantropi Indonesia. Indonesia selama tiga tahun terakhir.
“(Ramalan) ini dapat menjadi pedoman bagi Yayasan Adaro Bangun Negeri untuk memperkuat proyek-proyeknya,” kata Okty Damayanti, Ketua Yayasan Adaro Bangun Negeri dan Ketua Komite Manajemen PFI, Selasa (7 Februari 2024). .
Pelepasan prakiraan tersebut dikemas melalui Philanthropy Learning Forum (PLF) ke-63 bertajuk “Indonesia Philanthropy Outlook 2024: Survei Temuan Utama dan Rekomendasi Penguatan Ekosistem Filantropi untuk Pembangunan Berkelanjutan.”
“Indonesia Philanthropy Outlook 2024 dapat menjadi katalisator inovasi dan ide-ide yang lebih besar,” kata Okty.
Okty mengatakan konsep PLF seperti hybrid finance dan kolaborasi multisektor telah muncul. Pembiayaan campuran adalah pendekatan keuangan strategis yang menggabungkan berbagai jenis pembiayaan untuk mencapai hasil sosial dan lingkungan di negara-negara berkembang.
Untuk menarik modal komersial murni, kita perlu membuka lebih banyak investasi swasta pada proyek-proyek yang terlalu berisiko atau kurang memberikan keuntungan finansial.
Pemain utama dalam penyelenggaraan pembiayaan adalah lembaga pembiayaan pembangunan (LKP), seperti Bank Dunia atau bank pembangunan daerah, yang memberikan pinjaman lunak, hibah, dan jaminan untuk mengurangi risiko bagi investor individu.
Hal yang sama juga berlaku bagi investor individu dalam bentuk bank komersial, investor dampak, dan investor individu yang mencari keuntungan finansial dan dampak sosial atau lingkungan. Pembiayaan bersama juga melibatkan pengembang proyek, seperti organisasi yang benar-benar melaksanakan proyek, seperti perusahaan energi terbarukan atau wirausaha sosial.
Pada saat yang sama, kerja sama multilateral merupakan salah satu cara untuk memecahkan permasalahan sosial yang kompleks dan menciptakan perubahan positif. Dalam konteks proyek berdampak sosial, pendekatan ini melibatkan beragam kelompok aktor, banyak di antaranya yang mempunyai kepentingan bersama dalam mencapai kebaikan masyarakat.
Biasanya, mereka adalah organisasi nirlaba, pemerintah, perusahaan, yayasan, akademisi, dan anggota komunitas. Dengan mengintegrasikan sumber daya dari berbagai pemangku kepentingan, suatu proyek dapat memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan satu aktor saja.