Konsumsi Garam Orang Indonesia Rata-Rata 2 Kali Lebih Besar dari Batas Rekomendasi

iaminkuwait.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan rata-rata masyarakat Indonesia mengonsumsi garam lebih dari dua kali lipat dari jumlah yang disarankan. 5 dari 10 orang Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 5 gram per hari.

Natrium atau kelebihan natrium merupakan penyebab utama tekanan darah tinggi di Indonesia. Inilah sebabnya para peneliti menyerukan LSSS, atau pengganti garam rendah sodium dan kaya kalium, tersedia untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Mengutip penelitian terbaru dari Griffith University, mereka meneliti dampak penggantian garam meja saat ini (100 persen natrium klorida) dengan garam rendah sodium di Indonesia.

Penulis utama Dr Leopold Amende, dari Fakultas Kedokteran Universitas Griffith, mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pengurangan konsumsi natrium di seluruh populasi untuk mengatasi hipertensi dan beban penyakit tidak menular. “LSSS terlihat seperti garam meja dan penelitian menunjukkan bahwa keduanya memiliki rasa yang sama dan beberapa konsumen tidak dapat membedakannya,” kata Dr. Amandemen, seperti dilansir Science, Rabu (19 Juni 2024).

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian LSSS akan memberikan dampak positif pada sistem kesehatan di Indonesia dengan menurunkan tekanan darah dan mencegah serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal. “Pada akhirnya, hal ini akan mengurangi pengeluaran kesehatan sebesar $2 miliar atau lebih (Rs 27,7 triliun) selama 10 tahun dan merupakan tindakan penghematan biaya yang sangat dibutuhkan.”

Wahyu Nugraheni, salah satu penulis dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan masyarakat Indonesia mengonsumsi natrium lebih banyak daripada yang diperlukan secara fisik. LSSS adalah pilihan bagus untuk membantu orang dengan mudah mengurangi natrium dalam makanannya.

Selama 10 tahun pertama penerapannya, LSSS dapat mencegah 1,5 juta penyakit kardiovaskular non-fatal dan lebih dari 640,000 kasus baru penyakit ginjal kronis. “Manfaat kesehatan terbesar dapat dilihat pada kelompok berpenghasilan rendah,” kata Dr. Amende.

Tim peneliti berharap temuan ini akan mendorong pemerintah di Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia untuk mempertimbangkan mengganti garam biasa dengan LSSS atau memfasilitasi rantai pasokan untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan .

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *