iaminkuwait.com, MALANG – Menjadi komisaris di perusahaan besar, khususnya BUMN, merupakan sesuatu yang luar biasa dan menjadi dambaan banyak orang. Abdul Musyawir Yahya, alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang kini menjabat komisaris independen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Ia merupakan mahasiswa angkatan 2010 Program Studi (Prodi) Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Agama Islam (FAI).
Tentu saja perjalanan profesi Abdul saat ini tak lepas dari menjadi bagian dari seragam merah putih di kampus. Ia menuturkan, semasa kuliah ia sangat aktif dalam kegiatan kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Menurutnya, kampus adalah tempat menimba ilmu, mengungkapkan dan merasakan makna hidup yang sebenarnya.
“Tentunya karir saat ini karena bekal dari UMM, tawaran ilmu teoritis dan praktis di bidang tersebut sangat bagus. “Selain itu kegiatan keorganisasian di IMM dan BEM memperkuat soft skill yang sangat berguna kapanpun dan dimanapun,” ujarnya.
Dijelaskannya, prosesnya selama ini tidak instan, namun dicapai melalui kerja keras dan komitmen yang tinggi. Dengan pengalaman sebagai pengusaha yang pernah bekerja sebelumnya. Dari pemilik Super Camera Malang, Lumeo Audiovisual Malang, Panjava English Garden, Garden Coffee, Martabak Satu Juli dan Akar Publisher. Ia mendaftar secara profesional dan pengalaman ini menjadi catatan penting bagi perusahaan untuk menilai bakatnya sebagai seorang wirausaha.
“Jurusan kuliah saya adalah DPI, sedangkan perusahaan ini bergerak di bidang panas bumi. Jadi ini tantangan saya, tapi karena ini sudah menjadi amanah dan tanggung jawab, maka saya harus bisa menjalankannya dengan sebaik-baiknya. katanya.
Pria yang pernah menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) periode 2021-2023 ini melanjutkan, keaktifannya di berbagai organisasi tak sekadar dijadikan sebagai pengisi waktu. Namun ia juga memanfaatkannya sebagai sarana pengembangan diri. Abdul mengaku pengalaman berorganisasi membantunya mengasah keterampilan kepemimpinan dan manajemen waktu, yang kini ia gunakan sebagai alat penting dalam perjalanan profesionalnya.
“Dinamika kehidupan sangat kompleks, hal ini bisa kita mulai pelajari dari kampus yang cakupannya bisa dibilang sempit. Sebab, spektrumnya masih lebih luas di kancah nasional dan internasional. “Dan sebenarnya saya mempelajarinya saat masih menjadi mahasiswa di UMM dan terus saya gunakan meski sudah bukan mahasiswa lagi,” jelasnya.
Abdul pun mengakui, menjabat sebagai komisaris merupakan keinginannya untuk mengembangkan kelurahan secara profesional. Ia juga mengingatkan, kejujuran dan kepercayaan merupakan dua hal yang harus dibentuk sedini mungkin. Lebih lanjut, beliau juga menekankan pentingnya integritas dan kepercayaan dalam kehidupan profesional, karena menurutnya, dimanapun berada, teladan yang baik harus selalu hadir.
“Sudah saatnya mengabdi pada negara, bukan hanya mengabdi di organisasi kemasyarakatan seperti IMM atau Muhammadiyah. Apa yang kita tabur hari ini, akan kita tuai esok hari. Manfaatkan apa yang bisa diraih di kampus. Maksimalkan ilmu yang diperoleh, namun ingat, kunci utama kesuksesan adalah rasa kejujuran dan kepercayaan,” ujarnya.