iaminkuwait.com, JAKARTA – Merasa takut atau cemas sebelum mengambil keputusan penting dalam hidup atau memulai hubungan baru adalah hal yang wajar. Namun, bagi sebagian orang, tindakan komitmen saja dapat menimbulkan kecemasan yang mendalam dan keinginan untuk menghindari situasi tersebut.
Ketakutan ini, yang dikenal sebagai homofobia, melampaui masalah komitmen tradisional, tetapi juga mencakup fobia kecemasan yang intens, terutama hubungan romantis atau pernikahan jangka panjang. Mark Travers, psikolog di Cornell University, menjelaskan bahwa mereka yang mengalami homofobia sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan yang bermakna dan mungkin mengalami kesulitan dalam memulai hubungan.
Seperti fobia lainnya, homofobia ditandai dengan ketakutan irasional yang melebihi ancaman komitmen. Gejala-gejala ini berlangsung lama, biasanya berlangsung enam bulan atau lebih.
Apa penyebab homofobia? Menurut Travers, fobia biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Tiga di antaranya, seperti dilansir Forbes, Kamis (15/8/2024):
1. Peristiwa traumatis di masa lalu
Orang yang pernah berada dalam hubungan yang buruk mungkin mengembangkan keterikatan yang mendalam sebagai mekanisme pertahanan untuk menghindari tekanan emosional. Misalnya, penelitian mengaitkan trauma pengkhianatan dengan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD). Homofobia kemudian bertindak sebagai perisai yang melindungi orang tersebut dari potensi rasa sakit dan kerentanan.
2. Takut kehilangan kemerdekaan
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya otonomi atau kemandirian dapat menyebabkan kesulitan dan penolakan dalam hubungan, sering kali dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Akibat keinginan kuat untuk melindungi kemandiriannya, sebagian orang melihat komitmen jangka panjang seperti pernikahan sebagai ancaman terhadap identitas mereka.
3. Isu-isu pokok yang terkait
Homofobia sering kali berasal dari masalah psikologis yang mendalam seperti gangguan keterikatan, rendahnya harga diri, dan ketakutan akan keintiman. Gaya keterikatan aman yang berakar pada pengalaman masa kanak-kanak dapat menghalangi terbentuknya hubungan aman di masa dewasa.
Pada saat yang sama, harga diri yang rendah menyebabkan keraguan untuk dicintai, dan ketakutan akan keintiman menghalangi keintiman dan kerentanan emosional.
4. Riwayat mual
Selain itu, menurut Klinik Cleveland, seseorang yang patah hati karena putus cinta, perceraian, atau hubungan cinta mungkin tidak ingin menjalin hubungan romantis dengan orang baru. Seiring waktu, hal ini bisa menjadi ketakutan yang mendalam.
5. Ketidakcocokan orang tua
Anak-anak yang menyaksikan perceraian atau konflik antara orang tua mereka mungkin tumbuh dengan rasa takut akan komitmen. Mereka biasanya khawatir akan mengalami konflik serupa dalam hubungan jangka panjang.