Sri Mulyani: Mendesain APBN Jangan Terlalu Kaku 

iaminkuwait.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Mankyo) Sri Maliani mengatakan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak boleh terlalu ketat. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pergerakan sentimen global yang mempengaruhi kondisi perekonomian negara berkembang seperti Indonesia. 

Pernyataan Shri Maliani itu disampaikan dalam Agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI pada Rabu (28/8/2024) sore. Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan pergerakan nilai tukar rupee yang awalnya turun tajam hampir sepanjang semester I 2024, kini menguat dan pulih dalam sebulan terakhir. 

“Instrumen keuangan, yang menghadapi gejolak pada semester pertama tahun ini, telah stabil sejak akhir Juli dan Agustus, antara lain karena tekanan inflasi di AS telah mereda. Dan bahkan terdapat tanda-tanda peningkatan pengangguran, kata Sri Lanka pada mengatakan Rabu (28/8/2024) dan hal ini akan segera meredakan gejolak instrumen keuangan di seluruh dunia.” 

Sri Maliani mengatakan saat ini indeks dolar AS sudah mulai melemah dengan berada di kisaran level 100. Hal ini mengindikasikan mata uang lain mengalami depresiasi pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024.

Sedangkan untuk rupee sendiri, Shri Miliani menjelaskan, rupee akan terapresiasi hingga 5 persen pada Agustus 2024 secara bulanan (mtd). Namun rupee tercatat terdepresiasi sebesar 0,5 persen secara year-to-date (ytd). 

Rupee sejauh ini telah terdepresiasi sekitar 5-6%. Shri Miliani baru-baru ini memberikan pengarahan kepada Komisi XI DPR RI mengenai depresiasi rupee sebagaimana tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Moneter (KEM-PPKF).

“Inilah yang menjadi penentu dinamika global yang perlu kita waspadai. Shri Maliani mengatakan: “Perubahannya bisa besar, jadi saya berharap DPR, pemerintah juga, tidak terlalu memperketat PBN, karena dunia bergerak tidak normal. dunia akan berubah dalam hitungan minggu,” kata Sri Maliani. 

Shri Maliani menekankan bahwa merespons situasi ini tidak hanya membutuhkan fleksibilitas tetapi juga tanggung jawab. Ia kemudian mengibaratkan keadaan tersebut seperti sebuah ruangan yang pintu dan jendelanya tertutup, namun diperlukan ventilasi. 

“Ibaratnya kalau kita punya ruangan yang semua pintu dan jendelanya tertutup saat bergerak, maka tekanan yang harus ditanggung terlalu besar, maka desain APBN harusnya ventilator yang kita punya melalui DPR itu dibuat dan disetujui. menciptakan tahun keuangan yang cukup fleksibel, namun tetap akuntabel dan berkelanjutan dalam jangka panjang dan menengah,” ujarnya. 

Dalam jangka menengah, menjaga laju pertumbuhan penciptaan lapangan kerja dan indikator pertumbuhan. Namun, langkah-langkah jangka pendek harus diambil. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *