iaminkuwait.com, BANDUNG — 25 mantan narapidana teroris (NIT) dilatih menanam tanaman herbal di perbukitan Gunung Malabar, Provinsi Bandung, akhir pekan ini. Mereka menanam tanaman di lahan yang digarap oleh petani kopi binaan Popak Kujang.
Pelatihan budidaya tanaman bagi 25 narapidana dilakukan oleh Mapolsek Densis 88 bekerja sama dengan Popak Kojang. Narapidana diharapkan terampil di bidang pertanian. “Densus 88 bermitra dengan Popok Kojang untuk memberikan pelatihan pemuliaan tanaman. Popok Kojang dipilih karena dianggap berhasil dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian,” kata Sekretaris Perusahaan Popok Kojang, Ade Kahiya Kurnowan, baru-baru ini.
Selain untuk meningkatkan keterampilan para mantan narapidana, Ed mengatakan pelatihan tersebut mendukung ketahanan pangan nasional. Pelatihan meliputi menanam kopi, madu dan rempah-rempah.
Peserta juga mendapat bantuan nutrisi tanaman, bibit dan akses lahan. Agong Gustiwan, wakil presiden tanggung jawab sosial dan lingkungan di Papok Kujang, mengatakan investasi utama yang diberikan kepada ekspatriat adalah keterampilan dan alat untuk memulai bisnis.
Mereka dibekali keterampilan berbagai teknik budidaya kopi Arabika Java Prenjer yang banyak ditanam di Bukit Malabar. Pelatihan ini mencakup aspek dari atas hingga bawah, termasuk teknik penyeduhan dan pengemasan kopi. Usai pelatihan, Densus 88 dan PT Pupuk Kujang akan melakukan pengawasan.
AKBP Wangiwantozi Pradoga Satria, Subbagian Koordinasi Integrasi 1 Departemen Identitas dan Sosial Densus 88/AT mengatakan, selain diberikan keterampilan pertanian, peserta juga diberikan konsesi lahan. “Masing-masing kelompok akan bekerja sama dengan masyarakat di lahan seluas 50 hektar. Kalau ada 5 kelompok, berarti ada sekitar 250 hektar lahan yang dikonsesi,” kata Wanggi.
Wanggi mengatakan, berbagai program dan fasilitas merupakan pendekatan lunak terhadap ekstremisme. Menurut Wanggi, cara tersebut dipilih karena masyarakat di Indonesia menyukai pribadi yang ramah. “Pendekatan ini menarik perhatian sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand, Australia, dan yang terbaru Inggris dan Swiss,” kata Wanggi.