iaminkuwait.com, JAKARTA — Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan pemilik kos sedang meninjau kost yang penuh sampah dan barang berserakan. Dalam video yang diposting di TikTok oleh @sizkavizar, terlihat seorang ibu mengetuk kamar wisma.
“Baunya bikin mual, harus ditutup-tutupi,” bunyi video tersebut.
Dalam video yang bertempat di Bekasa, Jawa Barat, terlihat barang-barang berserakan di kasur dan lantai. Banyak sekali barang yang menumpuk sehingga sulit untuk berjalan.
Pemiliknya memutuskan untuk mengusir pensiunan tersebut. “Kapan kamu mau bersih-bersih, yang jelas, kamu tidak akan ada di sana di pagi hari,” kata sang induk semang.
Banyak netizen yang menduga penghuni kos tersebut mengidap gangguan hoarding. Mungkinkah penghuni kos bisa mengalami hoarding disorder?
Apa itu gangguan penimbunan? Seperti dilansir Cleveland Clinic, Rabu (17/7/2024), hoarding disorder adalah penyakit mental di mana seseorang merasakan kebutuhan yang kuat untuk mengumpulkan benda dalam jumlah besar, terlepas dari apakah benda itu berharga atau tidak, dan sulit untuk mengumpulkannya. lakukan itu. . untuk menyingkirkan sesuatu. Gangguan penimbunan diklasifikasikan sebagai kondisi terisolasi dalam spektrum gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Barang-barang yang biasa ditimbun antara lain surat kabar, majalah, barang-barang rumah tangga, dan pakaian. Terkadang penderita hoarding disorder mengumpulkan hewan dalam jumlah besar sehingga seringkali tidak dirawat dengan baik.
Apa perbedaan antara gangguan penimbunan dan penimbunan?
Menimbun dan menimbun adalah perilaku yang berbeda. Mengumpulkan biasanya melibatkan penyimpanan jenis barang tertentu, seperti buku komik, uang, atau prangko. Individu akan memilih barang-barang tersebut dengan hati-hati dan biasanya mengaturnya dengan cara tertentu. Kumpulan benda seperti itu tidak memberikan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, gangguan penimbunan tidak melibatkan pengorganisasian barang sedemikian rupa sehingga memudahkan akses atau penggunaan. Penderita hoarding disorder sering kali menimbun barang-barang yang tidak ada nilainya bahkan sampah. Akumulasi ini berdampak negatif pada kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut American Psychiatric Association, dua dari setiap 50 orang di seluruh dunia menderita gangguan hoarding. Artinya sekitar 2 persen penduduk dunia menderita penyakit ini. Namun, 66 persen penderitanya tidak menyadari betapa seriusnya masalah penimbunan tersebut.
Siapa yang bisa terkena gangguan penimbunan?
Gangguan menimbun sering kali dimulai pada masa remaja dan secara bertahap memburuk seiring bertambahnya usia, menyebabkan masalah yang signifikan pada pertengahan usia 30-an, menurut Klinik Cleveland. Gangguan menimbun lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun dan orang dengan masalah kesehatan mental lainnya, terutama kecemasan dan depresi.
Apa saja gejala gangguan penimbunan?
Beberapa orang dengan hoarding disorder menyadari bahwa perilaku hoardingnya merupakan suatu masalah, namun banyak pula yang tidak. Dalam banyak kasus, peristiwa stres atau traumatis, seperti perceraian atau kematian orang yang dicintai, berhubungan dengan timbulnya gangguan penimbunan.
Orang dengan gangguan penimbunan merasakan kebutuhan yang kuat untuk menjaga barang miliknya. Gejala lainnya termasuk ketidakmampuan menyimpan barang; mengalami stres yang luar biasa ketika mencoba membuang barang-barang; kecemasan akan kebutuhan mata pelajaran di masa depan; ketidakpastian tentang di mana harus meletakkan sesuatu.
Korban juga merasa tidak terganggu jika tinggal di ruangan berantakan yang penuh sampah. Mereka juga sering menarik diri dari teman dan keluarga.
Penyebab gangguan penimbunan saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, genetika dan fungsi otak tampaknya memainkan peran penting, lapor Rumah Sakit McLean.
Menurut artikel tahun 2009 di American Journal of Psychiatry, 50 persen orang dengan gangguan hoarding memiliki setidaknya satu anggota keluarga yang menderita kondisi tersebut. Faktanya, banyak orang dengan gangguan hoarding tumbuh di rumah yang berantakan. Kekacauan bisa memberi mereka kenyamanan.
Untungnya, gangguan penimbunan dapat diobati dengan bantuan profesional. Beberapa terapi yang umum digunakan antara lain terapi perilaku kognitif (CBT) yang berfokus pada pengelolaan pikiran dan emosi, terapi wawancara motivasi (MI), terapi keluarga, dan bahkan pengobatan yang diresepkan.