REPUBLIK. Menurut dia, BI tidak perlu menunggu bank sentral AS atau Federal Reserve memangkas federal fund rate (FFR) terlebih dahulu.
“Saya pikir tingginya suku bunga harus segera diakhiri. Waktu yang tepat. “Tanda-tanda penurunan suku bunga di AS semakin terlihat, kita tidak perlu menunggu mereka menurunkan suku bunga, baru kita bertindak,” kata Eco dalam diskusi Indef di Medium. kelas menyusut,” pada Senin (9 September 2024).
Perlunya penurunan indeks BI yang dilansir Eco merupakan salah satu rekomendasi Indef terkait permasalahan menyusutnya jumlah kelas menengah. Data Kantor Pusat Statistik (CBS) menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah telah menyusut sekitar 10 juta selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu, penurunan indeks BI dipandang sebagai insentif yang sah untuk merevitalisasi dunia usaha, khususnya kelas menengah.
“Saya kira sudah waktunya untuk menghidupkan kembali sektor riil, salah satunya adalah likuiditas kredit untuk usaha kecil dan menengah.”
Menurut survei yang dilakukan Indef terhadap pengguna internet di media sosial, pengguna internet memiliki pandangan negatif terhadap peluang penghasilan.
Menariknya, banyak netizen yang menyarankan untuk menghasilkan uang dari bisnis tersebut. Hal ini didukung oleh data indeks ekspektasi konsumen Bank Indonesia (BI) bulan Juli yang menunjukkan penurunan dari 139,0 pada Mei 2024, 138,0 pada Juni 2024, dan 137,7 pada Juli 2024.
Mereka yang mengeluh pendapatannya tidak bertambah mengutarakan ide untuk meningkatkan pendapatannya melalui wirausaha. “Jadi, sambutlah hal ini ke sektor keuangan dalam bentuk penurunan suku bunga,” kata Eco.
Diketahui, berdasarkan hasil pembahasan RDG BI yang dilaksanakan pada 20-21 Agustus 2024, diputuskan untuk mempertahankan BI rate di angka 6,25% dan suku bunga deposito di angka 5,5%. pinjaman sebesar 7 persen. persentase. Kebijakan ini diambil karena BI mengutamakan keberlangsungan stabilitas rupee.
