iaminkuwait.com, Jakarta — Menteri Energi dan Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi harus sesuai dengan komitmen kebijakan Net Zero Emission (NZE) untuk mencapai NZE di Tahun 2017 atau sebelumnya
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kita bergantung pada bahan bakar fosil. Anda harus menemukan jalan tengah. Langkah konkrit yang perlu dilakukan terkait penggunaan batu bara pada pembangkit listrik antara lain dengan mengurangi penggunaan teknologi batu bara bersih (clean coal technology/CCT) secara bertahap pada pembangkit yang masih beroperasi.
“Selain upaya Indonesia menuju zero, kami berkomitmen untuk memastikan stabilitas pasokan energi dalam negeri tetap terjaga. Batubara akan tetap berperan dalam bauran energi kita, namun Batubara akan didukung oleh kebijakan PLTU yang ramah lingkungan. investasi dan teknologi, kata Bahlil pada Coaltrans Asia 2024 di Bali, dalam keterangan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya. Mineral.Pada Senin (9/9/2024)
Sedangkan untuk kebijakan PLTU, pemerintah sedang menyiapkan peta jalan pensiun dini PLTU. Sesuai Keputusan Presiden (Perpres) 112 Tahun 2022, dengan mempercepat pengembangan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik, ada 13 PLTU yang ditargetkan pensiun dini. . Mengutamakan keekonomian dan tidak menimbulkan kekacauan karena kurangnya pasokan dan kenaikan harga listrik.
Sedangkan untuk PLTU aktif menggunakan teknologi CCT. Termasuk penggunaan teknologi superkritis dan ultra-superkritis. Terdapat tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara yang beroperasi menggunakan teknologi superkritis dan superkritis. dengan total pembangkitan listrik sebesar 5.455 MW, meliputi PLTU Cirebon (660 MW), PLTU Paiton 3 (815 MW), PLTU Cilacap 3 (660 MW), PLTU Adipala (660 MW), PLTU Banten/LBE 1 (660 MW), PLTU Jawa 7 Unit 1 (1.000 MW) dan PLTU Jawa 8 (1.000 MW)
Pemerintah juga berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan menggunakan teknologi supercritical boiler di sembilan lokasi di Pulau Jawa. Total produksi energinya mencapai 10.130 megawatt hingga 2028 atau 37,43 persen dari proyek PLTU batu bara.
Selain mendukung PLTU menggunakan praktik ramah lingkungan seperti CCT, Kementerian ESDM juga mendukung cofiring (pencampuran bahan bakar) batubara dan biomassa PLTU di Indonesia yang juga berpotensi mengembangkan sumber daya alam dengan hadirnya kelapa sawit. perkebunan yang dapat dikonversi menjadi biomassa. Strategi ini terbukti mampu menurunkan emisi gas rumah kaca dari PLTU.
Saat ini, sekitar 60 persen atau sekitar 91 GW pembangkit listrik Indonesia berasal dari batu bara. Oleh karena itu, pemerintah menyadari bahwa pengurangan penggunaan batu bara sebagai sumber energi utama di Indonesia perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pemerintah berkomitmen untuk menerapkan transisi yang adil dan bertahap. Memperhatikan kesejahteraan pekerja, masyarakat dan industri yang bergantung pada batubara. Hal ini termasuk mengembangkan strategi untuk melatih karyawan baru. mendiversifikasi perekonomian lokal dan berinvestasi pada industri-industri baru yang dapat menggantikan kontribusi perekonomian batubara.
Pemerintah berencana memanfaatkan 2,2 juta ton biomassa per tahun untuk memanfaatkan biomassa tersebut dengan membakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) miliknya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Efisiensi Energi (EBTKE). .Ketika dia bertemu dengan tim pers di kantornya
Ia mengatakan, pemerintah berkomitmen mendukung hal tersebut. Dirjen EBTKE mengaku sudah berbicara dengan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dan sudah ada kesepakatan penggunaan kolektif tembak di PLTU.
“Ini berarti adanya gerakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata Eniya.
Sebelumnya, dalam keterangan resmi PLN, Subholding Energi Primer Indonesia (PLN EPI) PLN pada tahun 2024 akan menyediakan kebutuhan biomassa sebesar 2,2 juta ton kepada 47 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Grup PLN yang akan dipenuhi pada tahun 2023 sebesar 1 juta ton.
Pengurangan emisi penggunaan biomassa tahun ini ditetapkan sebesar 2,4 juta ton karbon dioksida. Jumlah ini meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi karbon dioksida pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton karbon dioksida.