iaminkuwait.com, JAKARTA – Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang gemar berdonasi. Pada Global Deposit Index 2023 saja, Indonesia kembali menduduki peringkat tertinggi sebagai negara paling dermawan di dunia.
Kabarnya, peringkat tinggi ini diraih enam kali berturut-turut. Survei tersebut dilakukan oleh Charity Foundation setiap tahun sejak tahun 2009 dan telah mewawancarai jutaan orang di seluruh dunia.
Masyarakat Indonesia kerap menjadi sasaran penggalangan dana. Termasuk selebriti, yayasan, dan lainnya.
Baru-baru ini, kampanye penggalangan dana yang dilakukan YouTuber kontroversial asal Korea, Daud Kim, menyedot perhatian. Hal ini terjadi setelah Kim mengumpulkan donasi untuk membangun masjid di Korea, namun bukan untuk institusi, melainkan untuk rekening pribadi.
Namun beberapa selebriti lain tampaknya memperingatkan tentang bahaya penggalangan dana swasta. Mereka takut uang tersebut disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Mengapa orang Indonesia mendapat predikat amal? Menurut Sosiolog Universitas Nasional Nia Elvia, ada latar belakang yang mendorong berbagi.
Nia mengatakan pada Minggu (21/04/2024): “Tindakan berbagi atau membantu sesama (tindakan kemanusiaan), menurut saya, masyarakat akan memiliki nilai moral yang lebih tinggi jika dilakukan tanpa publisitas.”
Baru-baru ini, WNI juga dikejutkan dengan sumbangan sebesar Rp 100 juta yang diterima seorang sopir bus di Makassar. Hal ini setelah sopir bus mengajak seluruh penumpangnya makan di rumah ayahnya pada Idul Fitri 1445, karena semua toko beras tutup.
“Kalau kasus seperti sopir bus itu hanya spontanitas saja, dan hal seperti itu tidak terlalu berdampak besar. Karena masyarakat menganggap itu tidak akan bertahan lama,” lanjut Nia.
Meski demikian, masyarakat tetap perlu berhati-hati dalam berdonasi. Sebab, banyak pihak yang memanfaatkan situasi tersebut.
Nia menambahkan: “Sumbangan akan lebih efektif berkat lembaga yang dapat diandalkan. Keberlangsungan bantuan dapat ‘terjamin’ dan efeknya ‘menjangkau’ masyarakat yang membutuhkan dalam skala besar.”