Pakar Ungkap Alasan Edukasi Diabetes Penting

iaminkuwait.com, JAKARTA – Dokter Klinik Penyakit Dalam Departemen Endokrinologi Metabolisme dan Diabetes FKUI Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD menyoroti pentingnya edukasi diabetes. Edukasi penting dilakukan agar penyakit ini lebih mudah diobati.

“Edukasi itu yang terpenting dalam pemahaman masyarakat, jadi tidak hanya soal pengobatannya saja. Masyarakat harus paham dulu apa itu diabetes,” kata dr Juli saat webinar “Cerdas Ngobrol Seputar Diabetes”, Sabtu 15 Juni 2024.

Pria bernama Tije ini mengatakan, masyarakat luas perlu memahami apa itu penyakit diabetes atau yang biasa disebut diabetes melitus. Artinya, gula darah (glukosa) manusia melebihi nilai normal sehingga menyebabkan penyakit kronis.

Selain itu, masyarakat perlu memahami cara mengelola kadar gula darah, termasuk mengatur asupan makanan. Hal ini termasuk memahami perkembangan diabetes serta perlunya mengonsumsi obat-obatan yang diperlukan.

Menurutnya, tidak hanya penderita diabetes saja, seluruh masyarakat juga harus mengatur pola makannya. Kemudian, penting juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara seimbang sesuai dosis, tidak kurang dan tidak lebih, agar terhindar dari risiko yang lebih serius.

Lalu, prioritaskan olahraga rutin minimal 30 menit setiap hari.

Untuk memastikan kendali penuh terhadap pola makan dan pola hidup sehat, ia mengimbau masyarakat untuk berkonsultasi ke dokter. Tujuannya untuk mendapatkan informasi dan pengobatan yang tepat mengenai masalah kesehatan terkait diabetes.

“Kalau paham, masyarakat kooperatif. Kalau paham, ikuti petunjuk dokter dan pengobatannya,” ujarnya.

Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021, jumlah penderita diabetes di seluruh dunia akan mencapai 537 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045.

Menurut IDF, Indonesia akan menjadi negara kelima dengan jumlah penderita diabetes tertinggi pada tahun 2021 dengan jumlah 19,5 juta jiwa, dan pada tahun 2045 angka tersebut diperkirakan menjadi 28,6 juta jiwa.

Permasalahan ini mengkhawatirkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), karena diabetes melitus merupakan ibu dari segala penyakit, diabetes dapat memicu berbagai penyakit lain pada tubuh manusia.

Tije menambahkan, pencegahan diabetes yang pertama adalah dengan mengontrol konsumsi gula berlebihan pada makanan atau minuman. Serta keteraturan dalam aktivitas fisik sehari-hari.

“Jadi pola pikirnya adalah banyak berolahraga, kapan saja, di mana saja. Kalau gula darahnya diatur seperti itu, tidak perlu obat-obatan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *