iaminkuwait.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah menguat 6,50 poin atau 0,04% ke Rp16.251 per dolar AS pada akhir Selasa (07/09/2024). Integrasi ini terjadi berdasarkan rangkaian emosi positif yang menginspirasinya, baik secara eksternal maupun internal.
Direktur Laba Forexindo Futures Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen eksternal yang memperkuat rupiah dibarengi dengan pelemahan dolar AS. Penurunan dolar AS disebabkan lemahnya data pasar tenaga kerja AS. Data tersebut mendorong para pedagang untuk bertaruh bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan membuat komentar mengejutkan selama dua hari kesaksiannya di hadapan Kongres yang dimulai pada hari Selasa.
“Meski Powell baru-baru ini mencatat kemajuan menuju resesi, dia juga mengatakan The Fed masih membutuhkan kepercayaan lebih untuk mulai memangkas suku bunganya,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (9/7/2024).
Ibrahim mengatakan selain Powell, pejabat The Fed lainnya juga akan memberikan pidato pada pekan ini. Data penting indeks harga konsumen juga tersedia, dan kemungkinan akan mempengaruhi prospek suku bunga The Fed.
“Pedagang saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 76% pada pertemuan Fed bulan September, naik dari 64% minggu lalu, menurut alat FedWatch CME Group,” katanya.
Sementara itu, sentimen domestik terhadap rupiah yang sangat kuat antara lain dipengaruhi oleh tingkat defisit Pajak dan Belanja Negara (APBN) yang diperkirakan meningkat hingga 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) atau naik. menjadi Rp 609,7. triliun pada akhir tahun 2024. Proyeksi defisit tersebut lebih tinggi dibandingkan target awal APBN tahun 2024 yaitu sebesar Rp522,8 triliun atau setara dengan 2,29 persen terhadap PDB.
Defisit ini disebabkan oleh belanja pemerintah yang diperkirakan meningkat menjadi Rp3.412,2 triliun pada akhir tahun 2024 dari pagu sebelumnya sebesar Rp3.325,1 triliun. Sementara itu, pendapatan pemerintah diperkirakan mencapai Rp2.802,5 triliun pada akhir tahun 2024, sedikit meningkat dari target awal sebesar Rp2.802,3 triliun.
“Dengan reformasi tersebut, anggaran untuk menutupi defisit lainnya diperkirakan sebesar Rp609,7 triliun. Oleh karena itu, pemerintah akan menambah utang baru untuk menutup defisit tersebut melalui tambahan penggunaan kelebihan saldo anggaran (SAL) sebesar Rp100 triliun, bukan melalui utang baru. “Namun penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) masih rendah hingga akhir tahun 2024,” jelasnya.
Melihat tren rupiah dan berbagai sentimen yang mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda terhadap dolar AS, Ibrahim memperkirakan rupiah akan melemah dan kembali ke level Rp 16.300 per dolar AS.
“Untuk bisnis besok, rupiah bergejolak namun ditutup di bawah Rp 16.270. 16.330 Rp. per dolar AS,” tutupnya.