iaminkuwait.com, JAKARTA — Melihat bayi baru lahir berkulit biru tentu membuat para orang tua khawatir. Suprayitno Wardoyo, dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), mengatakan jika bayi baru lahir terlihat membiru, pasti ada kelainan pada jantung atau paru-paru yang perlu segera diperiksa.
Suprayitno mengatakan, secara umum kelainan jantung bawaan pada anak ada dua kategori, yakni biru dan non-biru. Kategori biru, kata dia, adalah kelainan jantung bawaan karena kadar oksigen yang beredar dalam tubuh anak lebih rendah dari normal atau saturasinya kurang dari 90 persen.
“Nah, masalah warna biru ini biasanya baru terlihat setelah pasien atau anaknya lahir. Jadi biasanya terlihat warna biru di bibir dan juga di ujung jari,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (24/1/2011).
Ia mengatakan, ada beberapa diagnosis kelainan jantung bawaan tipe biru. Pertama, akibat menyempitnya aliran darah yang harus mengalir dari bilik jantung kanan ke pembuluh darah paru untuk menerima oksigen. Karena penyempitan itu, kata dia, jumlahnya berkurang dan lebih banyak mengalir ke aliran darah sistemik atau besar.
Dan yang kedua tidak ada penyempitan, tapi fisiologi aliran darahnya paralel, ujarnya.
Ia menjelaskan, aliran darah paralel menyebabkan sistem sistemik menerima lebih sedikit aliran darah kaya oksigen, karena alirannya bukan ke pembuluh darah paru, melainkan langsung ke sistem. Keluhan mengenai warna biru pada anak-anak bervariasi, katanya, ada yang ringan hingga berat. Dalam kasus yang lebih ringan, warna biru pada anak tidak terlalu parah, tetapi bisa menjadi lebih parah ketika anak menangis atau menjadi tegang.
Namun, ada juga anak yang warnanya sangat biru saat lahir. Dan semakin parah derajatnya, tentu semakin besar risiko terjadinya hal yang lebih mematikan, ujarnya.
Ia mengingatkan, menunda pengobatan bisa membahayakan anak karena masalah pasokan oksigen juga bisa berdampak pada organ lain. Sejumlah masalah bisa terjadi, seperti berkurangnya kesadaran, kejang, atau berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa.
Terkait pencegahan, Suprayitno mengatakan, belum ada penyebab pasti terjadinya kelainan jantung bawaan, namun faktor risiko seperti infeksi saat hamil, terutama pada tiga bulan pertama, dapat dihindari. Selain itu, lanjutnya, penggunaan narkoba dan alkohol yang dilakukan seorang ibu dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan jantung anaknya. Saat ini, kata dia, deteksi dini kelainan jantung sudah bisa dilakukan di Indonesia saat janin masih dalam kandungan, namun belum ada tindakan atau intervensi yang bisa dilakukan, seperti yang terjadi di luar negeri.