iaminkuwait.com, JAKARTA – Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ingin menghadirkan warna baru dan keberagaman yang semakin semarak. Pada tanggal 30 November hingga 7 Desember, Festival Film Jepang ke-19 akan menampilkan 180 film dari 25 negara di kawasan Asia-Pasifik, yang akan diputar dalam program kompetitif dan non-kompetitif.
Sebanyak 12 film layar lebar terpilih berkompetisi dalam program kompetisi utama Hanuman Gold and Silver Awards. Diantaranya adalah “Vietnam dan Nam,” disutradarai oleh Truong Minh Quy dari Vietnam, yang terpilih untuk kompetisi Un Sure Regard di Cannes 2024, dan “In the Land of Brothers,” film fitur pertama dari sutradara Raha Amirfazli dan Alireza Ghasemi , yang memenangkan penghargaan penyutradaraan. : Sundance World Film Festival 2024 Festival Film Drama.
Dalam Kompetisi Film Pendek Light of Asia, ada 18 film yang akan bersaing memperebutkan Blencong Awards. JAFF juga akan memberikan hadiah kepada sutradara yang mengirimkan film panjang pertama dan kedua mereka sebagai bagian dari kompetisi NETPAC Awards. Selain itu, sebanyak enam film Indonesia yang dirilis tahun ini akan bersaing dalam program JAFF Indonesia Screen Awards untuk memperebutkan penghargaan Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, Aktor Terbaik, dan Sinematografi Terbaik.
Pada program non-kompetitif, JAFF akan menghadirkan film-film pilihan terbaik dari Asia dan Pasifik. Sebanyak 16 film layar lebar dari 11 negara dan 22 film pendek dari 14 negara akan diputar dalam program Asian Perspectives, empat film layar lebar Indonesia dalam program Indonesia Film Showcase, dan 10 film pendek Indonesia karya sutradara baru dalam program Emerging.
Pada saat yang sama, banyak film akan diputar dalam program Panorama, di mana film-film pilihan karya sutradara terkenal sinema Asia diputar. Ini termasuk RM: Orang Benar, Tempat Salah, sebuah film dokumenter oleh Lee Seok-jun yang menceritakan kisah proses kreatif di balik produksi album solo kedua RM BTS; Film “Everything We Imagine” karya sutradara India Payal Kapadia memenangkan Grand Prix di Festival Film Cannes 2024.
JAFF ke-19 juga menyaksikan pemutaran publik sejumlah film Indonesia yang sangat dinantikan, antara lain Crocodile Tears, debut penyutradaraan Tumbala Tambubolon, yang ditayangkan perdana di Festival Film Internasional Toronto 2024 dan mendapat pujian selama pemutaran di berbagai negara; dan “Tale of the Earth”, film layar lebar debut sutradara Lowell Hendry, yang memenangkan Penghargaan FIPRESCI di Festival Film Internasional Busan 2024. Kedua film tersebut akan bersaing dalam program kompetisi utama. Demikian pula “Mungkin Kita Perlu Waktu” yang disutradarai oleh Teddy Suaryatmadji dan “Cinta Tak Sindah” – sebuah “drama Korea” yang disutradarai oleh penulis-sutradara Mira Anastasia, akan bersaing memperebutkan Penghargaan Layar Indonesia.
Membuat dan menonton film adalah pengalaman transformasi diri, kata Gina S. Noyer, salah satu juri JAFF19. Oleh karena itu, bagi saya sebagai salah satu juri, mengamati pemikiran para kreator yang filmnya bersaing di dunia yang penuh krisis tentu merupakan sebuah pengalaman berharga. “Saya berharap film-film tersebut dapat menumbuhkan semangat ketahanan sehingga kita dapat terus tumbuh dan maju serta memberikan kejernihan hati nurani,” kata Jenna dalam jumpa pers Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada Jumat ( 8/11/2024).
JAFF19 tidak hanya menayangkan program, tetapi juga banyak menyelenggarakan program sindikasi. Salah satunya adalah REEL LIFE Film Camp, sebuah rangkaian pelatihan yang diadakan Netflix bekerja sama dengan para pakar industri, dengan tujuan untuk mendorong pengembangan bakat di industri film Indonesia. Peserta terpilih berkesempatan untuk berpartisipasi dalam Talent Day di JAFF Market dan berpartisipasi dalam produksi film Netflix Original.
Pengunjung JAFF19 juga dapat menghadiri REEL LIFE Creators Sharing Conference untuk mempelajari proses pembuatan film original terbaru Netflix Indonesia, “The Shadow Strays.” Rangkaian pelatihan akan diakhiri dengan penutupan REEL LIFE yang juga akan diisi dengan talkshow dan pembukaan kerja sama dengan tiga rumah produksi Tanah Air. Untuk Masterclass, JAFF tahun ini mengundang sutradara, penulis skenario dan produser Tsai Ming-liang, seorang tokoh berpengaruh dalam sinema kontemporer, khususnya sinema Taiwan gelombang baru.
Direktur Program JAFF Alexander Matthaus mengatakan tahun ini menjadi lebih istimewa dengan tidak hanya satu, melainkan dua pemutaran dalam program konser film. Acara ini akan menampilkan film Samsara dengan diiringi live music, serta presentasi bersama Sal Briadi dan Kunto Aja di JAFF. Jumbo, diproduksi oleh Visinema Pictures, dan Qodrat 2, diproduksi oleh Magma Entertainment, keduanya akan tayang di bioskop pada tahun 2025.
Ia mengatakan, perayaan itu tidak hanya berlaku untuk film baru, tapi juga film klasik, namun tanggal rilisnya tidak terlalu jauh. JAFF menawarkan Rewind, perpanjangan dari program klasik dari JAFF versi sebelumnya.
“Program ini akan menghadirkan Ilo Ilo yang disutradarai oleh Anthony Chen yang juga akan hadir dan salah satu juri kompetisi Indonesian Screen Award, serta The Handmaiden yang disutradarai oleh Park Chan-wook yang akan tayang perdana di Indonesia,” kata Alexander. .