iaminkuwait.com, JAKARTA – Selasa (12/11/2024), nilai tukar rupiah melemah akibat kebijakan yang diterapkan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, di Amerika Serikat (AS). oleh faktor eksternal.
Rupiah melemah 92 poin atau 0,59% menjadi Rp 15.781,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (12/11/2024), mengutip Bloomberg. Rupee pun melemah ke level 15.689,5 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
“Pasar bertaruh bahwa kebijakan inflasi Trump akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka panjang. Dolar melonjak ke level tertinggi dalam empat bulan pada minggu ini, sementara imbal hasil Treasury juga naik. Sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi dalam inflasi yang lebih tinggi,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Asuaibi, Selasa. ungkapnya dalam keterangannya pada (11/12/2024).
Ibrahim mengatakan fokus pasar minggu ini adalah pada data utama inflasi indeks harga konsumen AS, yang diperkirakan menunjukkan inflasi yang stabil pada bulan Oktober. Hal ini kemungkinan besar juga akan mempengaruhi ekspektasi suku bunga.
“Selain pembacaan inflasi, beberapa pejabat Federal Reserve juga akan berbicara minggu ini, memberikan sinyal lebih lanjut mengenai kebijakan setelah bank sentral memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada minggu lalu,” ujarnya.
Para pedagang memperkirakan peluang sebesar 66,7% untuk penurunan suku bunga sebesar 25bps lagi di bulan Desember, dan peluang sebesar 33,3% untuk tidak adanya perubahan suku bunga, menurut CME Fedwatch.
Selain berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi pelemahan Garuda Mudra, faktor internal juga turut berperan. Terutama terkait dengan perkiraan perlambatan pertumbuhan penjualan ritel pada Oktober 2024.
Kinerja penjualan ritel diperkirakan menurun pada Oktober 2024. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diperkirakan mencapai 209,5 atau tumbuh lebih lambat sebesar 1,0% (year-on-year). Namun secara bulanan, IPR tercatat terkontraksi sebesar 0,5% (mtm) pada bulan Oktober. Sedangkan IPR Oktober 2024 lebih rendah dibandingkan IPR September lalu yang sebesar 210,6.
Meskipun mengalami kontraksi, kinerja penjualan ritel meningkat dari bulan ke bulan, menurut Bank Indonesia. Kinerja penjualan eceran pada bulan Oktober ditopang oleh peningkatan penjualan pada kelompok barang budaya dan rekreasi, subkelompok suku cadang dan aksesoris serta pakaian jadi, kata BI.
Namun dari sisi harga, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat pada tiga hingga enam bulan ke depan, yakni pada Desember 2024 (Natal dan Tahun Baru) dan Maret 2025 (Ramadhan). Hal ini tercermin dari Indeks Umum Ekspektasi Harga (IEH) Desember 2024 dan Maret 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 152,6 dan 169,4, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 134,3 dan 155,9.
Berdasarkan analisis Ibrahimi terhadap sentimen eksternal dan internal yang mempengaruhi rupee, ia memperkirakan rupee akan terus melemah.