iaminkuwait.com, JAKARTA – Deputi Direktur Penyelenggaraan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halimatus Syadiah mengatakan rendahnya literasi keuangan masyarakat menjadi salah satu faktor tingginya angka korban pinjol ilegal (pinjol).
Menurutnya, meski tingkat inklusi keuangan sudah relatif tinggi, namun masih banyak masyarakat yang belum memiliki literasi keuangan yang memadai.
“Dari 100 orang, 85 orang bisa mengakses (layanan keuangan), tapi yang paham hanya 49 orang. Jadi inklusi ada, tapi literasi masih kurang,” kata Halimatus dalam acara Lingkaran Literasi Media UOB di Jakarta. Pada Rabu (24/04/2024).
Berdasarkan data OJK, indeks inklusi keuangan naik menjadi 85,1 persen, sedangkan indeks literasi keuangan sebesar 49,68 persen. .
Kesenjangan yang relatif besar menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya korban pinjol ilegal di masyarakat. Halimatus dalam pemaparannya mengatakan, masih banyak masyarakat yang terjerat aktivitas pinjol ilegal.
Kemudian dari OJK terungkap bahwa 42 persen korban pinjol ilegal adalah guru. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan korban lainnya seperti PHK (21%), ibu rumah tangga (18%), pekerja (9%) dan pelajar (3%).
Banyak penyebab guru terjerat pinjol ilegal, salah satunya adalah pendapatan guru yang relatif rendah sementara banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Selain itu, rendahnya literasi keuangan juga mempengaruhi keputusan mengambil jasa pinjol ilegal.
“28 persen korban Pinyol tersebut mengaku tidak tahu, tidak bisa membedakan mana yang legal dan mana yang ilegal,” kata Halimatus.
Oleh karena itu, OJK mempunyai beberapa inisiatif dan strategi untuk mewujudkan masyarakat yang melek huruf, inklusif dan terlindungi, salah satunya adalah dengan menerbitkan serangkaian buku literasi keuangan yang ditujukan untuk berbagai lapisan masyarakat.
Sinergi dan aliansi strategis juga akan diperkuat dengan meningkatkan sinergi antar kementerian/lembaga, regulator, pelaku jasa keuangan, dan seluruh pemangku kepentingan.
Sementara itu, Najeela Shihab, seorang pendidik dan pendiri Sekolah Cikal, mengatakan saat ini terdapat banyak pertumbuhan dalam hal akses keuangan, namun hal tersebut belum berkontribusi pada tingkat literasi yang memadai.
Menurutnya, peningkatan literasi keuangan harus dipelajari sejak dini melalui lingkungan keluarga dan sekolah. “Kualitas hubungan kekeluargaan menentukan kualitas literasi keuangan,” kata Najeela.