iaminkuwait.com, JAKARTA — Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Edininger Vidyasanti mengatakan, pihaknya membutuhkan total dana hingga Rp6 triliun untuk tahap persiapan dan pelaksanaan sensus ekonomi 2026 hingga penyelesaian pengolahan data. Dana tersebut telah dikeluarkan untuk pengolahan data hingga tahun 2028.
“Sensus ekonomi akan dilakukan pada tahun 2026. Setelah itu harus ada lebih banyak (prosedur) dan pengolahan data. Sebelumnya kami diberitahu bahwa pada tahun 2028 kami membutuhkan total Rp 6 triliun,” kata Amalia Edininger Vidyasanti, Kamis (13). ).
Ia mengatakan, program tersebut membuat pihaknya mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp2,24 triliun tahun anggaran 2025 dari usulan batas indikatif sebesar Rp4,609 triliun kepada Komisi XI DPR RI.
Menurut dia, mengingat sensus ekonomi 10 tahun akan dilaksanakan pada tahun 2026, pihaknya harus melakukan berbagai persiapan pada tahun 2025. Pasalnya, cara pengumpulan data yang dilakukan bukan dengan sampling, melainkan dengan pendataan seluruh unit usaha nasional secara lengkap. tingkat
Kebutuhan untuk persiapan sensus ekonomi 2026 saja hampir Rp 1 triliun, kata Amalia.
Mengenai waktu yang dibutuhkan, ia mengatakan keberadaan teknologi dan digitalisasi tidak mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sensus karena masih diperlukannya survei kertas bagi sebagian responden.
Pihaknya juga menerapkan survei hybrid dengan metode Computer Assisted Personal Interview (CAPI) dalam proses sensus.
“Metode CAPI adalah lembaga survei menggunakan ponsel pintar atau gadget lain untuk mensurvei responden terpilih,” ujarnya.
Selain persiapan sensus ekonomi 2026, Amalia mengatakan belanja terbesar partainya tahun depan juga karena beberapa jajak pendapat khusus yang akan digelar pada 2025.
Ia mengatakan, berbagai survei tersebut antara lain Survei Sensus Penduduk (SUPAS), Survei Perjalanan, Survei Keseluruhan Ekonomi (EWS), Metropolitan Statistical Area (MSA), Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK), dan Struktur Pengeluaran Usaha Hortikultura (SOUH). disertakan. ), serta Survei Tahunan Perspektif Hortikultura (SHOPI).
“Itu sekitar tahun 2025 untuk inisiatif baru BPS yang tidak setiap tahun kita lakukan. Jadi spesifik sekali apa yang ingin kita lakukan di tahun 2025,” imbuhnya.