Sinyal Tanda Bahaya, PHK di Mana-Mana Industri Tekstil Merana

iaminkuwait.com, JAKARTA – Institute for Development Economics and Finance (Indef) menyoroti tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa bulan terakhir. Andri Satrio Nugroho, Kepala Pusat Perindustrian, Perdagangan, dan Investasi, mengatakan data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menunjukkan adanya peningkatan PHK pada Januari hingga Juni 2024.

“Ini tanda peringatan adanya bahaya. Di sini kita melihat prestasi para pekerja yang terkena PHK pada Januari-Juni jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Dari sini kita melihat ada yang tidak beres pada tahun ini,” kata Andri di sela-sela acara. audiensi publik. “Industri Tekstil Teriakan, PHK Cepat” Jakarta, Kamis (8/8/2024) disebut Indef.

Menurut Andrey, berdasarkan data tersebut, jumlah pekerja yang dipecat pada Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka ini tergolong signifikan, meningkat 21,4 persen dan mencapai 26.400 orang.

Daerah yang terkena PHK sebagian besar berada di kawasan industri, kata Endry. Salah satunya adalah industri tekstil dan pakaian jadi. 

“Kita tahu bahwa kita sudah sangat sukses dalam membicarakan tekstil dan produk tekstil serta pakaian,” lanjutnya. 

Menurut Endree, sektor strategis dan juga padat karya ini sebenarnya banyak mendapat tekanan akhir-akhir ini dan menimbulkan pertanyaan besar. Menurut Andri, kebijakan pemerintah pasti akan berdampak besar terhadap keberlangsungan industri tekstil dan pakaian jadi. 

Andriy mengatakan, arah kebijakan industri pemerintah memberikan prioritas pada program-program berikut. Namun sayang, fokus pemerintah hanya pada hilirisasi pertambangan.

“Kita tahu tekstil, kalau ditengok ke belakang, sebenarnya itu bagian hilir dari minyak dan gas. Jadi tekstil itu produk sampingan dari industri petrokimia. Jadi pemerintah perlu upaya lebih, tentu saja tidak. Jangan utamakan penambangan, lanjut Andrew. 

Andri menjelaskan, industri penyulingan nonmigas akan menyumbang sekitar 16,8 persen terhadap PDB pada tahun 2023. Andri mencatat, lima sektor industri memberikan kontribusi sebesar 12,3 persen, antara lain makanan dan minuman, kimia farmasi dan obat tradisional, elektronik, alat transportasi, serta tekstil dan pakaian. 

“Saya yakin industri logam dasar akan melampaui industri tekstil dan garmen sebagai penyumbang PDB kelima tahun ini, dan pada akhirnya industri tekstil akan terpuruk,” ujarnya. 

Menurut Endree, lesunya kinerja industri tekstil dan pakaian jadi tercermin dari pertumbuhannya yang terus menurun dalam beberapa kuartal terakhir. Pemerintah, lanjut Andri, harus bertindak cepat menangkap sinyal bahaya di sektor tekstil dan pakaian jadi. 

“Pemerintah harus menangkap sinyal peringatan ini dan mempersiapkan langkah-langkah yang harus diambil. Kami berharap Presiden juga memperhatikan industri TPT karena merupakan penyerapan tenaga kerja yang besar,” kata Andri.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *