Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Komisi X: Moratorium dan Ubah Konsep Study Tour

iaminkuwait.com, JAKARTA – Meninggalnya sembilan siswa SMK Lingga Kencana Depok dalam kecelakaan bus di Subang, Jawa Barat patut menjadi dorongan besar untuk mengevaluasi kegiatan perjalanan edukasi tersebut. Kementerian Pendidikan (Kemendikbudristek) juga diminta menerapkan moratorium dan mengubah konsep outdoor living.

“Menjelang tahun ajaran baru, banyak penyelenggara pendidikan yang akan menyelenggarakan kegiatan luar ruangan seperti karyawisata atau tamasya. “Sebaiknya kegiatan ini dilakukan moratorium sementara dan diubah konsepnya agar memberikan manfaat yang optimal kepada mahasiswa,” kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Selasa (14 Mei 2024).

Kecelakaan bus wisata Putera Fajar di Subang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana, Depok, asal Bandung. Tragedi tersebut menewaskan 11 orang, 9 diantaranya adalah siswa SMK Lingga Kencana. Sementara puluhan lainnya mengalami luka berat dan ringan.

Politisi PKB ini menilai moratorium atau penghentian sementara kegiatan di luar ruangan bertujuan agar wisata belajar atau study tour benar-benar aman bagi pelajar. Perlu dipastikannya standar baku berupa petunjuk pelaksanaan dan bimbingan teknis ketika penyelenggara pendidikan ingin melakukan kegiatan di luar ruangan.

“Tujuan, ruang lingkup kegiatan, termasuk standar keselamatan minimal transportasi, akomodasi, dan konsumsi pelajar harus diperjelas. Jadi, sampai ada standar baku pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan, maka moratorium perjalanan pendidikan harus dilakukan. dilaksanakan, karena kami tidak melakukannya. ingin tragedi Subang terulang kembali, ujarnya.  

Selain itu, kata Huda, konsep karyawisata harus diubah untuk melibatkan mahasiswa dalam tema kegiatan. Menurutnya, hingga saat ini konsep study tour lebih memposisikan mahasiswa sebagai objek untuk diajak berwisata atau berlibur bersama. Kondisi ini kadang-kadang lebih memperkuat aspek komersial daripada pendidikan.

“Seringkali pihak penyelenggara menekan biaya transportasi, konsumsi, dan akomodasi demi mendapatkan keuntungan yang pada akhirnya dapat merugikan peserta kegiatan,” ujarnya.  

Agar kunjungan lapangan atau outing lebih bermakna, Huda mengatakan sekolah dapat bermitra dengan desa wisata yang saat ini banyak bermunculan di berbagai daerah. Di sana, sekolah dapat melibatkan siswa untuk berkontribusi aktif dalam perbaikan pengelolaan, misalnya dengan membuat konten promosi, membuat program tiket online, dan memberikan informasi jenis-jenis tempat wisata. 

“Dengan menggunakan konsep ini, di satu sisi mahasiswa dapat menikmati waktu luang di tempat-tempat wisata, namun di sisi lain juga dapat berkreasi dalam mengembangkan tempat-tempat wisata yang sudah ada,” ujar Huda.

Huda mengatakan, kejadian di Subang merupakan kabar duka bagi dunia pendidikan Indonesia. Menurutnya, kejadian tersebut tidak boleh terulang kembali, mengingat mahasiswa merupakan sumber daya bangsa yang sangat berharga.

“Seluruh pemangku kepentingan sangat memahami betapa mahasiswa merupakan aset bangsa yang harus dilindungi dari segala hal yang mengancam keselamatan fisik dan psikisnya,” kata Huda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *