Psikolog Kritisi Harapan BKKBN ‘1 Perempuan Punya Anak Rata-Rata 1 Perempuan’

iaminkuwait.com, JAKARTA – Psikolog Klinis Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengkritisi pernyataan BKKBN yang menyebut setiap keluarga perlu mengatasi penurunan angka kelahiran. Menurut Vera, permasalahan tersebut sama sekali tidak bisa diselesaikan.

Alih-alih mengkampanyekan satu ibu untuk satu anak perempuan, pemerintah dalam hal ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) justru fokus pada kesehatan keluarga. Vera percaya bahwa perhatian lebih harus diberikan pada peningkatan kenyamanan lingkungan dan pendidikan. Sebab, menurutnya, jaminan tersebut membuat setiap keluarga merasa aman untuk memiliki anak.

“Saya kira lebih tepat karena jaminan kepedulian sosial dan pendidikan akan membuat masyarakat atau keluarga lebih aman dan nyaman untuk memiliki anak,” iaminkuwait.com, 7 Juli. kata Vera saat dihubungi pada 2024. katanya.

Vera menjelaskan, menurunnya angka kelahiran di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Selain itu, banyak pasangan menunda pernikahan dan melahirkan anak, dan banyak pula yang hanya memiliki satu anak.

Selain itu, seiring berjalannya waktu, pola pikir sebagian besar perempuan pun ikut berubah. Saat ini, perempuan lebih memilih untuk memprioritaskan pendidikan dan kariernya sebelum menikah dan membesarkan anak.

“Alasan lainnya adalah banyak pasangan saat ini yang banyak berpikir untuk memiliki anak, bahkan ada pula yang mengatakan tidak akan memiliki anak. Tapi ini hanya mungkin terjadi di kota-kota di Jawa,” kata Vera.

Berdasarkan data, angka pernikahan di Indonesia turun dari rata-rata 2 juta pernikahan per tahun menjadi 1,5 juta hingga 1,7 juta. Hal ini juga berdampak pada angka kesuburan atau Fertility Rate (FRT) nasional yang kini berada di angka 2,1. Untuk mengatasinya, BKKBN meminta setiap keluarga memiliki anak perempuan.

“Rata-rata perempuan berharap mempunyai anak perempuan. “Jika ada 1.000 perempuan di suatu desa, maka seharusnya 1.000 anak perempuan dilahirkan,” kata Kepala BKKBN Hasto Vardoyo.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *