Film Laut Tengah, Drama Poligami yang Lolos dari ‘Amukan’ Penonton

iaminkuwait.com, JAKARTA — Mungkin tak pernah terpikir oleh Haya (diperankan Yuriko Angelin) bahwa hidupnya akan berubah menjadi begitu pahit. Haya menghadapi banyak kesulitan dalam hidupnya, kehilangan orang tuanya, dianiaya oleh saudara-saudaranya, gagal mendapatkan beasiswa untuk pergi ke Korea Selatan yang merupakan impiannya, “dipaksa” oleh Bhumi (Ibrahim). . Riyadh). 

Ya, Haya memang “terpaksa” menerima tawaran menjadi istri kedua, demi mewujudkan mimpinya melanjutkan pendidikan di negeri Ginseng.  Bisakah Haya memenuhi keinginannya? Semua terungkap dalam film Starvision Mediterranean yang tayang di bioskop pada 3 Oktober 2024. 

Berani jika mengangkat topik poligami sebagai sebuah cerita, karena isu ini sangat sensitif di masyarakat. Namun Starvision mampu mengemas film yang diangkat dari novel karya Brianna Kimberly dengan aman. Yuriko yang merupakan istri kedua dalam film tersebut sepertinya kebal terhadap kritik penonton. Inilah sebabnya Yuriko menjadi istri kedua atas permintaan istri pertama yang menderita kanker.

Banyak adegan yang membuat penonton merasakan Yariko. Hubungan Haya dan Aisha (istri pertama) sangat hangat. Aliran kecil terjadi antara Yuriko dan Bhumi.

iaminkuwait.com berkesempatan melihat Laut Mediterania dalam press screening tersebut. Saat ada adegan manis antara Haya dan Bhumi, penonton bersorak kegirangan. 

Film ini difilmkan di Mediterania Indonesia dan Korea Selatan. Menonton film bertema poligami yang dibalut ala drama Korea memang cukup berbeda. Syuting berlangsung di lokasi terkenal Korea Selatan seperti Sungai Han, Istana Gyeongbokgung, Masjid Pusat Seoul, dan Menara Namsan. Aktor juga menggunakan dialog bilingual yaitu bahasa Indonesia dan Korea. 

Chand Parvez, produser Star Vision, mengatakan Mediterranean adalah film yang dibuat dengan cinta. Menurutnya, kehidupan seluruh tokoh di Laut Mediterania sedang diuji. Baik Haya, Bhumi maupun Asiya (diperankan oleh Anna Jobling) memberikan pelajaran penting kepada penontonnya.

“Semua keberuntungan tidak sia-sia. Film ini dibawakan dengan cinta dan kehangatan,” ujarnya saat konferensi pers di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta, Kamis (27/9/2024).

 

Sedikit yang berharap Mediterranean Sea akan menjadi film drama religi Korea. “Saya berharap ini mengirimkan pesan yang tidak akan pernah terlupakan dan dapat dilihat sebanyak mungkin orang,” katanya.

Chand mengatakan, banyak film Indonesia yang mengangkat cerita tentang poligami. Dikatakannya, pernikahan diperbolehkan dalam Islam namun ada dua syarat yang harus dipenuhi, yang pertama adalah kebaikan dan kesabaran. 

Archie Hickory, sutradara film Mediterranean Sea, mengatakan bahwa menjadikan novel menjadi film merupakan tugas yang sangat sulit karena membebani ekspektasi siswa. Untungnya, dia selalu ditemani penulisnya, Kim. “Kim membantu mulai dari membaca hingga merekam,” ujarnya. Dia mengatakan ada banyak tantangan dalam pembuatan film di Korea Selatan, termasuk jam kerja yang pendek dan sulitnya memahami bahasa dan budaya. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *