iaminkuwait.com, JAKARTA – Hutan hujan Amazon dikenal sebagai paru-paru dunia, mampu membawa sekitar 150 miliar karbon, dan merupakan sumber keanekaragaman hayati dunia dan asal hewan. Profesor Ronny Richman, pakar genetika ekologi IPB University, mengatakan dengan perubahan iklim yang berdampak pada kekeringan parah, keberadaan dan fungsi hutan Amazon akan terus memburuk bahkan hilang dari muka bumi jika tidak ada upaya bersama untuk menghentikannya. cahaya
Profesor Rooney menjelaskan, penyebab utama rusaknya ekosistem hutan di Amazon adalah aktivitas masyarakat yang mengutamakan kebutuhan ekonomi jangka pendek seperti masuknya perusahaan pertambangan, pertanian, dan peternakan besar yang membawa kemiskinan dan kemiskinan bagi masyarakat setempat. .Mari kita tinggalkan. yang hidupnya bergantung pada mereka. Kehadiran hutan tropis ini.
“Dekade deforestasi besar-besaran ditambah dengan kekeringan telah membawa hutan Amazon ke ambang kehancuran yang tidak dapat diperbaiki lagi,” kata profesor tersebut. Rooney dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis (16/5/2024).
Profesor Rooney menjelaskan bahwa pada tahun 2015 hutan hujan Amazon mengalami kekeringan parah yang menewaskan 2,5 miliar pohon, tanaman, dan satwa liar.
Menurutnya, hutan Amazon menciptakan iklim yang unik di wilayahnya karena air yang menguap dari pepohonan tersebut menciptakan awan hujan dan mendaur ulang kelembapan yang membuat hutan tetap sejuk dan lembab, serta menyediakan air yang sangat penting bagi kehidupan hutan. Hewan-hewan dan penduduk yang bergantung padanya untuk penghidupan mereka di hutan lebat ini.
Akibat penggundulan hutan hingga saat ini, hutan telah terfragmentasi akibat kekeringan dan sebagian berubah menjadi sabana yang mulai memecah hutan lebat ini. Profesor tersebut mengatakan, “Kematian tumbuhan dan hewan hutan tidak akan hilang dan akan menyebabkan kematian permanen kerusakan.”
Jika laju penggundulan hutan di Amazon mencapai 25 persen dan suhu naik ke tingkat pra-industri, kondisi Amazon sudah sangat buruk, kata Profesor Rooney. Kondisi saat ini tampaknya telah mencapai tingkat kritis karena 17 persen hutan hujan Amazon kini telah ditebang dan suhu global lebih tinggi dibandingkan suhu pada masa pra-industri.
“Banyak bukti menunjukkan kekeringan parah tahun ini menyebabkan kebakaran hutan akibat penebangan yang tidak terkendali. Selain itu, suhu air mencapai 40,9 derajat Celcius,” ujarnya .
Menurut Profesor Rooney, kekeringan parah di Amazon berdampak langsung pada kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut karena sumber air dan makanan menjadi langka dan transportasi menjadi sulit akibat mengeringnya sungai gangguan.
“Hancurnya hutan Amazon akibat ulah manusia patut menjadi kajian yang sangat penting di Indonesia karena rusaknya alam dan hilangnya organisme serta hewan akan berdampak pada kelangsungan hidup generasi mendatang,” jelas profesor tersebut. Ronnie