Republik Jakarta – Satu-satunya pasangan ganda campuran Indonesia yang berlaga di Olimpiade Paris 2024, Rinov Rivaldi/Pita Hanintias Mentari, gagal melaju ke perempat final kompetisi gabungan terbesar dunia itu.
Pasangan ini, yang tempat Olimpiade mereka hanya dikonfirmasi oleh wasit di perpanjangan waktu, tersingkir di Grup C, namun secara tak terduga mengalahkan wakil Korea Selatan Kim Won-ho dan Jung Na-eun 22-20, 14-21, 21. . Mereka memenangkan pertandingan pertama dengan selisih -19, namun kalah di dua pertandingan berikutnya dari pasangan Tiongkok Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan wakil negara tuan rumah Tom Gichel/Delphine Delroux. Alhasil, Rinov/Pitha mengambil posisi sebagai pengurus grup.
Ini merupakan performa terburuk ganda campuran di pentas Olimpiade. Sejak mengikuti Olimpiade 1996, divisi ini telah meraih satu emas dan dua perak. Dan Timnas Indonesia selalu bisa lolos dari persaingan beregu.
Pengamat bulu tangkis Daryadi tak heran dengan hasil ganda campuran yang tak lolos ke babak perempat final. Pasalnya, persaingan dunia ganda campuran saat ini sangat sengit dan Linov/Pita belum mencapai level yang bisa menandingi sang juara saat ini.
“Ganda campuran saat ini dikuasai Tiongkok lewat dua pasangannya, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Feng Yangzhe/Huang Dongping. Lalu ada dua pasangan Korea, Seo Seung-jae/Choi Yoo-jeong, dan Jepang Ada juga Yuta Watanabe/Arisa. pasangan, Higashino-san, dan pasangan Thailand lainnya, Dechapol Puavaranukro/Sapsiree Taerattanachai,” kata Daliyadi.
Daryadi mengatakan Linov/Pisa sedang berjuang untuk menembus 10 besar dunia. Ia mengingatkan bahwa proses kualifikasi ganda untuk OI ini tidak meyakinkan. Linov/Pisa baru berhasil lolos pada momen-momen terakhir penghitungan poin keikutsertaan OI.
“Setelah Owi/Butet (Tontowi Ahmad/Liliana Natsir) keluar dari Indonesia, sulit mencari suksesor yang bisa menjaga konsistensi di peta persaingan dunia. Itu adalah Praveen/Melati, tapi ada beberapa faktor non teknis yang melatarbelakanginya, Faktanya, dia tidak memiliki penerus Good, karakter yang sering muncul di layar kaca seperti yang dijelaskan oleh komentator bulutangkis.
Daliady mengatakan, faktor pembinaan juga berperan. Ia menilai waktu peralihan Nove Widianta ke Herry IP kurang tepat. Dalyadi mengatakan Herry hampir menghitung hasil Olimpiade sehingga tidak punya cukup waktu untuk membentuk pasangan terbaik. Ia hanya menggarap dua ganda campuran: Linov/Pita dan Rihan/Lisa.
“Tidak bisa disalahkan Nova Widianto yang memutuskan pindah ke Malaysia (dia kemudian berhasil mengantarkan pemainnya ke perempat final Olimpiade Paris 2024), begitu pula Frandy Limpel yang bilang akan ke luar negeri. PBSI salah di halaman ini, katanya.
Di sisi lain, Dalyadi juga menilai Helly IP sangat mumpuni sebagai pelatih karena sejarahnya dalam melahirkan pemain ganda putra terbaik dunia dari tahun ke tahun. Melihat situasi ganda campuran saat ini, Dalyadi berharap Helly IP memiliki waktu lebih untuk mempersiapkan turnamen ganda campuran yang akan ia ikuti. Hal ini akan terus digunakan oleh kepemimpinan baru yang akan dipilih pada pertengahan bulan depan.
“Herry IP sudah membuktikan diri di kategori ganda putra dan merupakan pelatih yang kualitasnya bagus. Apalagi sensenya dalam mengorganisir pemain ganda tidak perlu diragukan lagi. Tapi sebagai pelatih kita lihat saja siapa yang akan menjadi pimpinan PBSI,” tutupnya. tentu berharap yang terbaik nantinya yang terpilih.