iaminkuwait.com, JAKARTA — Rencana pemerintah menerapkan penggilingan listrik atau penggunaan jaringan bersama dalam RUU Energi Baru Terbarukan (RUU EBET) berpotensi meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini menyusul semakin banyaknya perusahaan global yang berkomitmen untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan.
Analis Pembiayaan Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Mutya Yustika mengatakan, minimnya pasokan energi terbarukan di Indonesia menimbulkan risiko hilangnya peluang ekonomi penting dan tertinggal dari negara tetangga. Misalnya saja Menteri Investasi RI yang pernah mengungkapkan keraguannya terhadap investasi Tesla di Indonesia karena ketergantungan Indonesia terhadap energi bahan bakar fosil.
“Roda listrik di Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi, menciptakan lapangan kerja baru, dan membantu negara mencapai tujuan dekarbonisasi tanpa membebani anggaran nasional. Hal ini juga akan membantu PLN fokus pada modernisasi dan peningkatan jaringan listrik untuk memfasilitasi transisi energi,” kata Mutya. , dalam keterangan resmi IEEFA, Selasa (8/10/2024).
Mekanisme power wheel memungkinkan produsen listrik swasta (IPP) menjual listrik energi terbarukan langsung ke pelanggan melalui transmisi milik PT PLN (Persero). Mekanisme ini dapat menjembatani kesenjangan pasokan listrik ramah lingkungan akibat lambatnya pengembangan energi terbarukan skala utilitas dari PLN.
Di sisi lain, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi karbon listrik Indonesia, yang saat ini mencapai lebih dari 682 gram setara CO2 per kilowatt hour (gCO2e/kWh), menjadikan Indonesia sebagai salah satu penghasil emisi global tertinggi.
Skema power wheel juga dijalankan oleh lebih dari 430 perusahaan besar global yang tergabung dalam RE100, yang berkomitmen untuk mencapai 60 persen listrik dari energi terbarukan pada tahun 2030 dan 100 persen pada tahun 2050. Saat ini terdapat 121 anggota RE100 yang beroperasi di Indonesia.
“Namun perusahaan-perusahaan tersebut masih belum memiliki solusi energi terbarukan yang memadai untuk memasok fasilitas dan rantai pasokan mereka, sehingga menghambat upaya komitmen RE100 dan mandat keberlanjutan perusahaan,” kata Mutya.
Dengan mewujudkan electric milling, Indonesia juga dapat menangkap peluang investasi baru dari bisnis data center. Google mempunyai tujuan untuk mencapai emisi nol bersih di seluruh operasi dan rantai nilainya pada tahun 2030.
Microsoft juga memutuskan untuk menjadi karbon negatif pada tahun yang sama. Sementara itu, Singapura, yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi pusat data terkemuka di Asia Tenggara, menghadapi keterbatasan energi terbarukan dan biaya operasional yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, Indonesia harus menyediakan akses energi ramah lingkungan dalam skala besar untuk menawarkan opsi kepada perusahaan seperti Google dan Microsoft untuk membangun pusat data mereka di luar Singapura, yang juga dapat memenuhi tujuan keberlanjutan global mereka, kata Mutya.
Indonesia memiliki ekonomi digital yang berkembang pesat dan dapat memainkan peran penting dalam pengembangan pusat data. Ekonomi digital Indonesia memiliki nilai perdagangan bruto sebesar US$77 miliar (AS) pada tahun 2022 dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$220-360 miliar pada tahun 2030. Ini bisa menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Mutya, penerapan power wheel juga akan menguntungkan PLN karena membantu menjaga pasokan listrik khususnya di luar Jawa dan Bali. PLN juga dapat memperoleh penghasilan tambahan dengan menyewakan fasilitas transmisi kepada perusahaan listrik swasta, melalui wheeling fee.
Namun wheel cost harus ditetapkan secara adil dan transparan untuk menghindari harga yang berlebihan dengan tetap menjaga integritas sistem. Hal ini penting untuk menarik investor dan juga melindungi PLN sebagai pemilik jaringan transmisi, kata Mutya.
Namun penerapan power wheel masih terkendala perselisihan internal di pemerintahan. Terdapat kekhawatiran bahwa siklus listrik akan memperburuk kelebihan pasokan listrik dan skema ambil-atau-bayar PLN dengan IPP, sehingga menimbulkan risiko keuangan yang signifikan bagi PLN.
“Solusi dari permasalahan ini harus berupa negosiasi kontrak dengan IPP, efisiensi biaya, dan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara yang tidak efisien serta formula distribusi listrik yang tepat,” kata Mutya.
Di sisi lain, Indonesia perlu bergerak cepat agar tidak tertinggal dari negara lain di Asia Tenggara. Pasalnya, dua negara tetangga yakni Vietnam dan Malaysia menerapkan power steering dan langsung merasakan manfaatnya.
Vietnam telah mengeluarkan DPPA (Perjanjian Pembelian Listrik Langsung) yang memfasilitasi penjualan langsung energi terbarukan antara pengembang proyek swasta dan konsumen. Malaysia telah meluncurkan Skema Pasokan Energi Terbarukan Korporat (CRESS) yang bertujuan untuk meningkatkan akses perusahaan terhadap listrik ramah lingkungan melalui sistem jaringan terbuka.
Setelah kebijakan tersebut diumumkan, perusahaan seperti Alibaba, AWS dan Google berencana menjajaki peluang bisnis di Vietnam. Sementara itu, Google dan Oracle baru-baru ini mengumumkan investasi di Malaysia yang diperkirakan akan memberikan kontribusi lebih dari US$9,5 miliar terhadap perekonomian negara tersebut pada tahun 2030.