REPUBLIKA.CO. Hal ini disebabkan oleh masalah ketidakpatuhan pengujian yang menimpa Toyota, Daihatsu, dan Hina.
Meskipun Toyoda tidak mempunyai risiko tinggi untuk terpilih kembali, kurangnya dukungan pemegang saham dapat menyebabkan restrukturisasi perusahaan. Majelis tahun ini digelar di tengah skandal terkait ketidakpatuhan uji sertifikasi di Grup Toyota.
Penasihat Proksi Pemegang Saham Institusional Inc. dan Glass Lewis & Co. merekomendasikan agar Toyoda tidak dipilih kembali, dengan alasan masalah pemerintahan dan independensi. Setelah rekomendasi tersebut, skandal lain terkait ketidakpatuhan terhadap tes juga terungkap.
Tahun lalu, Toyoda setuju untuk turun menjadi 85 persen dari 96 persen pada tahun 2022. Namun, Toyoda hanya membutuhkan mayoritas untuk memenangkan pemilihan kembali, dan meskipun ada skandal, bisnis Toyota masih berjalan dengan baik.
Selain itu, Toyoda, cucu pendiri Toyota, telah menjabat sejak tahun 2000, menjadikannya eksekutif yang paling lama menjabat.
“Saya kira Akio Toyoda-san tidak akan ditunjuk lagi,” kata James Hong, direktur penelitian mobilitas di Macquarie. “Penurunan persetujuan saja akan menjadi tanda bahaya bagi pemerintah.”
Hong menambahkan bahwa upaya Toyota untuk melawan kritik terhadap kepemimpinannya dapat mencakup percepatan upaya untuk mengurangi margin, khususnya di perusahaan non-otomotif seperti perusahaan keuangan atau telekomunikasi KDDI (9433.T).
Hasil pemungutan suara akan diumumkan pada hari Selasa, dan skor akhir baru akan diumumkan pada hari Rabu. ISS mengkritik cara produsen mobil tersebut menangani kesalahan pengambilan keputusan Grup Toyota, dengan mengatakan Toyoda harus “bertanggung jawab” atas kesalahan tersebut.