iaminkuwait.com, JAKARTA – Ribuan pengemudi ojek online (ojol) menggelar aksi unjuk rasa menuntut perhatian pemerintah dan aplikasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2024). Pantauan Republika, pengunjuk rasa berkumpul di titik unjuk rasa Patung Kuda sejak sekitar pukul 12.00 WIB. Awalnya, mereka berkumpul di berbagai titik kota administratif, baik di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur, serta di beberapa kota pendukung lainnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). kemudian bergerak menuju titik demonstrasi yang dipusatkan di kawasan Monas.
Para pengunjuk rasa mencakup beberapa komunitas ride-hailing atau e-commerce online di Indonesia. Mereka tampil menggunakan atribut komunitasnya masing-masing, yang sebenarnya berkisar dari hijau hingga oranye. Salah satu pengunjuk rasa, Yanti (28 tahun) mengatakan, tuntutan yang disampaikan pihaknya salah satunya adalah penetapan tarif atau meteran. Menurutnya, tarif atau meteran sama sekali tidak berpihak pada pengemudi.
Ia menceritakan pengalamannya mengangkut penumpang dari Kelapa Gading menuju Pejuang Bekasi saat jam sibuk dan macet. Seharusnya tarifnya sekitar Rp 40 ribu, tapi karena diskon besar-besaran hanya Rp 28 ribu.
Aturannya di atas Rp 40 ribu, itu Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Kurang tepat. Diskonnya terlalu besar bagi kita, 20-30 persen,” kata Yanti kepada wartawan di titik demonstrasi, Kamis (29/8/2024).
Dengan potongan sebesar itu, Yanti mengaku tidak mendapat untung dari aktivitasnya sebagai sopir. Karena juga perlu mengisi bahan bakar untuk kelancaran mobilitas.
“Tidak ada untung sama sekali, tanpa bensin karena macet total di jalan raya dari Gading hingga Bekasi. Hal ini sudah terjadi sejak lama. Diskonnya besar sekali”, jelasnya.
Senada, Diana (32 tahun) mengeluhkan pemotongan insentif atau bonus bagi pengemudi. Diana yang sudah delapan tahun bekerja sebagai pengemudi mengatakan, insentif yang diberikan kepada pengemudi pada awalnya bersifat manusiawi, namun lama kelamaan tidak lagi manusiawi.
“Jauh sekali, dulu kami masih mendapat bonus, semakin dekat ke 2018, semakin buruk. Insentifnya hilang, pada dasarnya semakin sering kita datang ke sini, keadaannya semakin buruk. ..” kata Diana.