Narsisme dan Depresi, Kombinasi Berbahaya yang Wajib Diwaspadai

iaminkuwait.com, JAKARTA — Penderita gangguan kepribadian narsistik bisa saja mengalami komplikasi berupa gangguan jiwa seperti depresi. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RS Soeharto Herjan Dr. Suharpudianto mengatakan, hal ini terjadi karena tidak selalu orang tersebut berada dalam lingkungan yang menyanjung dan membuatnya merasa lebih penting.

“Selain itu, karena hubungan yang buruk dengan orang lain, pasien mungkin akan merasa kehilangan. Karena dia tidak memiliki pola hubungan yang cukup stabil,” kata dr Suharpudianto dalam program Kementerian Kesehatan bertajuk “Bukan Cuma Narsisis! Kenali Narcissistic Personality Disorder)” di Jakarta baru-baru ini.

Ia mengatakan, selain depresi, penderita gangguan narsistik juga bisa menyalahgunakan narkoba, hal ini merupakan respon maladaptif terhadap kondisinya yang sulit diterima oleh lingkungan. Dr Suharpudianto mengatakan, yang menarik adalah penderita gangguan kepribadian narsistik tidak mencari nasihat medis untuk mengatasi gangguan tersebut, melainkan hanya pergi ketika mengalami gangguan lain seperti depresi.

“Karena gangguan kepribadian narsistik biasanya bersifat ego-syntonic dalam terminologi medis kita. Artinya, orang tersebut merasa nyaman dengan gangguan kepribadiannya, namun tidak menganggap gangguan kepribadian tersebut sebagai gangguan kepribadian. Sekalipun dia menimbulkan penderitaan pada lingkungan di sekitarnya, di sekelilingnya,” ujarnya.

Menurut dia, ketika korban mengalami depresi, ia akan lebih mudah mencari pertolongan karena sudah kehilangan semangat. Namun, menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin membantu mereka.

Menurut dokter, sebaiknya hubungi dulu orang yang cukup dekat dengan pengidap gangguan narsistik. Kemudian, sebagai orang yang berkepribadian lebih tangguh, Anda harus menerima keadaan dan menawarkan solusi positif.

“Kalau mengutarakan pendapat itu biasa saja. Tapi mungkin pendapat itu tidak kritis. Sebaliknya, kita bisa memastikannya, menyampaikan pendapat, begitulah cara kita memahami situasinya,” ujarnya.

Oleh karena itu, pendekatan yang lebih baik dapat dilakukan untuk membantu penderita memahami penderitaan akibat gangguan tersebut sehingga bersedia bertemu dengan tenaga profesional. Dr Suharpudianto mengatakan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental akibat gangguan kepribadian, antara lain farmakoterapi dan psikoterapi.

Menurutnya, selain disiplin mengikuti anjuran dokter dalam berobat dan pemantauan rutin, lingkungan yang mendukung juga penting dalam proses pemulihan penderita gangguan narsis dengan depresi. “Paling tidak, jika kesulitan mengucapkan kalimat afirmatif atau suportif, tunjukkan saja bahasa tubuh yang tidak akan disalahpahami oleh orang yang menjalani terapi,” ujarnya.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *