iaminkuwait.com JAKARTA – Perum Bulog memastikan kedatangan beras impor tidak mempengaruhi masa panen raya. Saat ini impor beras sekitar 1,3 juta ton dari total kuota 3,6 juta ton pada tahun 2024.
Bayu Krisnamurthi, Kepala Eksekutif Perum Bulog, mengatakan impor beras terus berlanjut selama masa panen kritis, terutama untuk daerah non-produksi. Bulog terus menjalin hubungan baik dengan pemasok dan mengendalikan impor beras impor.
“Kita menyasar wilayah produksi nonpelabuhan yang jauh dari pusat produksi, dan itu yang kita bidik,” kata Bayu saat mengawasi pendistribusian bantuan pangan tahap kedua di kantor Kecamatan Pela, Mampang. Jakarta. Jumat (3/5/2024).
Pak Bayu mengatakan, pemerintah berhati-hati dalam mengimpor beras agar tidak mempengaruhi harga beras di tingkat petani. Untuk itu, Bulog terus memantau harga beras di wilayah sentra produksinya.
Menurut dia, pengendalian impor beras perlu dilakukan untuk mencegah penurunan produksi beras dalam negeri.
Berdasarkan kerangka model regional (KSA) BPS, produksi padi nasional pada April 2024 diperkirakan mencapai 5,53 juta ton, dan pada Mei 2024 mencapai 3,19 juta ton. Apalagi pada Juni 2024, produksi beras diperkirakan mulai turun menjadi 2,12 juta ton.
Untuk beberapa daerah yang sebenarnya merupakan sentra produksi, Buloh akan melihat apakah ada tanda-tanda impor mempengaruhi harga. Dengan begitu, Bulog bisa sewaktu-waktu menghentikan pasokan beras impor.
“Tapi yang penting stok kita cukup, karena di semester kedua panennya tidak akan sebaik yang kita duga, kalaupun pemerintah mau, misalnya program bantuan pangan dilanjutkan, Bulog harus melakukannya. saham.” Penjelasan Bayu.
Untuk itu, Bulog memastikan impor beras tidak mempengaruhi masa panen raya.
Dia mengatakan impor beras terus berlanjut. Yang terpenting dalam kegiatan impor sebenarnya bukan hanya masuknya saja tapi juga komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Termasuk pesanan makanan.
“Kontraknya bisa kita buat sekarang, tapi Juli dan Agustus bisa saja terjadi,” ujarnya.