Impor Israel ke RI Terbilang Kecil, Pengamat: Lebih Baik Disetop Saja

iaminkuwait.com JAKARTA – Impor dari Israel ke Indonesia masih terus berjalan dan tercatat sekitar 2,76 juta dolar AS atau Rp 44,62 miliar pada Juni 2024. Ekonom Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah memperkirakan statistik impor. Dari Israel tidak masalah, jadi lebih baik dihentikan.

Selain karena statistik tidak penting dari sudut pandang bisnis, pendapat ini jelas karena banyak masyarakat Indonesia yang tidak menginginkan hubungan dengan Israel. Ingat tindakan brutal pemerintah Zionis terhadap rakyat Palestina, termasuk penghancuran rumah sakit Indonesia di perbatasan Gaza baru-baru ini.

“Saya kira masyarakat kita peduli dengan Israel, jadi sebaiknya persoalan terkait barang impor dari sana diatasi,” kata Trubus Rahardiansyah saat diwawancarai Republika, Selasa (16/7/2024).

“Dari segi bisnis, volume impor dari Israel ke Indonesia tidak terlalu banyak, sangat kecil,” kata Trubus. Indonesia bisa mencari produk alternatif yang dibuat secara lokal atau berkolaborasi dengan negara lain.

“Menurut saya, lebih baik posisi lokal,” ujarnya. Dengan lokal, kita bisa menyerap tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian daerah.

Dari segi bahan baku, jika Indonesia tidak memilikinya, bisa diimpor dari negara lain dengan kapasitas yang tidak kalah dengan produk asal Israel. Bahan mentah tersebut kemudian diolah menjadi produk jadi dan dikonsumsi secara lokal.

Diketahui sebelumnya, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2024 mencatat masih adanya aktivitas impor dari Israel ke Indonesia. Namun jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 54 persen pada Juni 2024 dibandingkan bulan sebelumnya.

“Impor dari Israel sangat kecil dibandingkan 54% total impor dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Plt. Presiden BPS Amalia Adininggar Widyasanti berbicara dalam jumpa pers, Senin (15/7/2024).

Tercatat impor dari Israel sebesar 2,76 juta dollar AS atau sekitar Rp. 44,62 miliar (kurs Rp 16.170 per dolar AS) pada Juni 2024. Angka tersebut turun 53,7 persen setiap bulannya dari 5,97. Juta dolar AS pada Mei 2024. Namun untuk tahun ini, harganya tercatat naik 82,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,51 juta dolar AS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *