iaminkuwait.com, JAKARTA – Kepuasan masyarakat Indonesia terhadap kinerja kepengurusan PSSI Erick Thohir sangat tinggi. Berdasarkan hasil survei lembaga riset yang dilakukan pada 10-15 Oktober 2024, sekitar 94 persen masyarakat puas dengan kinerja Erick, meski sudah dua tahun tidak memimpin PSSI.
Pemantau dan koordinator sepak bola Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali mengatakan, 94% masyarakat terkesan dengan hasil timnas Indonesia dan kiprah Erick di kaki Indonesia.
“Sekitar 94 persen puas dengan kinerja Direktur PSSI Erick Thohir yang sudah dua tahun menjabat, memang sudah ada langkah transformasi sepak bola nasional, yang merupakan hasil dari timnas. ” katanya
Juara SEA Games lagi, lanjut Akmal, lolos pertama kali ke kualifikasi Piala Asia, pertama kali mengikuti semifinal Piala Asia U-23, dan hampir lolos ke Olimpiade. Tahun ini, PSSI menurunkan tiga timnas, U-17, U-20, dan senior, di Piala Asia. Prestasi tersebut juga diraih delapan negara besar Asia lainnya yaitu Jepang, Arab Saudi, Korea Selatan, Australia, Korea Utara, China, Iran, dan Uzbekistan.
“Kita satu-satunya negara ASEAN yang lolos tiga timnas di Piala Asia. Satu-satunya negara Asia Tenggara yang lolos ke putaran ketiga Piala Dunia 2026. Hal ini menunjukkan keterlibatan masyarakat dalam sepak bola dalam jumlah besar. , Masyarakat puas dengan manajemen “Erick Thohir di timnas adalah sesuatu yang istimewa, dan timnas putri mulai bangkit”.
Akmal menambahkan, penggunaan VAR membuat kinerja wasit semakin baik, meski ada kesalahan teknis di lapangan, hal itu ia toleransi. Inilah indikator yang membuat masyarakat sangat puas dengan kepemimpinan Erick Thohir sebagai Direktur PSSI yang mencapai 94%. Sebab menurutnya sepak bola secara logis dinilai dari timnas dan dua kompetisinya. Baru setelah itu konstruksi dapat dimulai.
Akmal mengatakan, “Tugas PSSI untuk berkembang mungkin kompetisi grupnya tidak berjalan baik. Sisanya yang 6 persen mungkin untuk Liga 2, Liga 3, Liga Nusantara, dan kelompok umur agar bisa berjalan baik.”
Kewarganegaraan tidak bisa dihindari
Soal penentuan nasib sendiri, Akmal mengatakan hal itu tidak bisa dihindari dalam sepak bola dunia karena semua negara melakukannya, karena FIFA memperbolehkan semua negara untuk mempromosikan diri.
Pasal 19 Statuta FIFA menyatakan bahwa untuk memperoleh kewarganegaraan, pemain harus lahir di negara yang bersangkutan, memiliki ayah atau ibu yang lahir di negara yang bersangkutan, memiliki kakek atau nenek yang lahir di negara yang bersangkutan, dan mempunyai lima orang anak. tinggal di negara yang relevan ketika pemain berusia 18 tahun selama satu tahun. Kini, jika salah satu dari empat syarat terpenuhi, FIFA akan mengizinkan proses kewarganegaraan.
“Sepak bola adalah olahraga yang banyak orangnya punya kewarganegaraan. Dari jaman Cristian Gonzalez sampai sekarang, ada 108 pesepakbola naturalisasi. Indonesia, ada yang Tionghoa, kadang Belanda, kadang Maluku.” Akmal.
Namun Akmal mengingatkan, hal ini bisa menjadi kejutan jika performa timnas kita menurun. Jika hasilnya terbatas, banyak yang akan mengkritik metode promosi diri ini.
“Sebenarnya kita mengikuti strategi Jepang, sebelumnya mereka juga melakukan nasionalisasi, namun hanya sebentar untuk meningkatkan performa timnas Jepang. Karena dulu Jepang adalah tim yang tidak punya apa-apa,” ujarnya.