iaminkuwait.com, JAKARTA – Pergerakan barang impor dari Israel ke Indonesia tampaknya terus bergerak hingga terjadi peningkatan tajam rekor antara Januari hingga April 2024. Hal ini dinilai akan menimbulkan ketegangan di masyarakat, sejalan dengan kondisi Indonesia. berpihak pada Palestina terkait penindasan Israel.
“Pemerintah harusnya mengevaluasi produk-produk asal Israel yang beredar di sini. Kalau bisa, hentikan,” kata pengamat Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, saat dihubungi Republika, Senin (1/7/2024).
Trubus mengatakan pemerintah harus mematuhi aktivitas perdagangan dengan Israel. Saat ini Indonesia sendiri belum memiliki hubungan diplomatik dengan negara Zionis, sehingga dari segi perdagangan harus jelas negara tersebut menolak.
“Kalau hubungan tidak baik maka perdagangan tidak akan baik karena akan membangkitkan perasaan masyarakat. Ini perasaan terkait aksi brutal Israel yang baru-baru ini melakukan pengeboman terhadap RS Indonesia di Palestina, banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban,” jelasnya. .
Trubus juga menyinggung pengusaha yang terlibat dalam kegiatan impor dan ekspor antara Indonesia dan Israel. Mereka juga harus menyadari situasi publik saat ini.
“Menurut saya, para eksportir atau pengusaha sangat perlu mempertimbangkan suasana spiritual masyarakat,” ujarnya.
Menurut Pak. Trubus dapatkah Indonesia mengubah pembelian barang dari Israel dari negara lain. Alias mencari penggantinya, sehingga tidak fokus pada produk Zionis.
“Kalau senjata penggantinya banyak, kenapa tidak beli langsung dari Rusia. Kalau mau kirim makanan ke Asia, misalnya dari Korea Selatan dan Jepang, atau mau ke luar negeri bisa ke Australia dan Selandia Baru yang mempunyai hubungan baik dengan kami,” jelasnya.
Perspektif lain
Namun, Trubus mengungkapkan pandangan berbeda mengenai kemungkinan kerja sama komersial dengan Israel. Jika perdagangan antara Israel dan Indonesia memang ingin digulirkan, pemerintah harus berpikir dua kali dan mendapatkan keuntungan lebih banyak. Sebab, kata dia, politik dan perdagangan adalah dua sisi yang berbeda.
“Karena kita negara berkembang yang butuh investasi, jadi ibarat buah simalakama, produk kita habis sama sekali, apalagi ada Israel yang mau mendukungnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Trubus mengkritisi bahwa kegiatan ekspor-impor antara Indonesia dan Israel tidak lepas dari campur tangan Singapura. Singapura dianggap sebagai jembatan pergerakan ekspor-impor karena Singapura memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan merupakan negara terdekat dengan Indonesia.
Oleh karena itu, Singapura menjadi pihak yang diuntungkan dalam kasus ini. Oleh karena itu, dia menyarankan jika ada kegiatan komersial sebaiknya dilakukan secara Government-to-Government (G2G).
“Kalau memang mau stabil ya hitung-hitung untung dan ruginya. Supaya adil, berapa pun kebutuhan produk Indonesia, tukarnya jelas, jadi nilai perdagangannya tidak tercampur, artinya proporsional. Nilai di sini (impor) produk Israel 100, lalu kita ke sana (ekspor) minimal 100, jangan sampai produk kita 50 atau 60, produk Israel 100, posisi kita selalu seperti itu,” jelasnya.
Lalu ditegaskan Pak. Trubus bahwa keputusan apa pun akan bergantung pada kemauan politik pemerintah Indonesia. Menurut dia, pemerintah harus segera memastikan persoalan tersebut.
“Kalau iya ya, kalau tidak ya tidak, itu jelas. “Jadi jangan begini. Kalau diam-diam sama saja menipu rakyat.”
Sebelumnya diberitakan, di tengah kecaman warga Indonesia terhadap serangan brutal Israel di Palestina, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor dari negara Zionis tersebut terus meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. tahun lalu, terlihat lebih Naik hampir 340%.
Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Penyebab utamanya adalah konflik kronis di Timur Tengah. Indonesia menyerukan Israel untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Sejak Indonesia berdiri, kedudukan Merah Putih tetap sama, hingga presiden berganti.
Rupanya, situasi ini bukan berarti kedua belah pihak tidak memiliki hubungan komersial. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia dan Israel juga terlibat dalam pengiriman Ekspor – Impor. iaminkuwait.com mengambil data dari https://www.bps.go.id/id/exim. Hanya pada bulan Januari hingga April 2023 dan 2024.
Rinciannya, ekspor Indonesia ke Israel pada Januari 2023 mencapai 12.469.786,46 juta dollar AS. Kemudian Februari 9.018.758,70 juta dollar AS, Maret 17.689.932,27 juta dollar AS, April 13.756.113,36 juta dollar AS. Nilai totalnya 52.934.930,79 juta dollar AS (sekitar Rp 868 miliar).
Jadi Januari 2024 ekspor Indonesia ke Israel mencapai $10.412.405,33 juta, Februari $12.201.061,17 juta, Maret $14.878.436,18 juta, April $14.961.066,72 juta. Nilai totalnya 52.452.969,40 juta dollar AS (Rp 860 miliar). Terdapat sedikit penurunan dari tahun ke tahun (Januari hingga April 2024 dibandingkan Januari hingga April 2023).
Impor berikutnya. Sama halnya dengan impor, datanya diambil pada bulan Januari hingga April 2023 dan 2024. Terdapat peningkatan signifikan secara year-on-year (tahun ke tahun) pada periode tersebut.
Pada Januari 2023, Indonesia mengimpor barang dari Israel senilai 1.460.030,00 juta dollar AS, pada Februari 2.346.948,00 juta dollar AS. Maret 1.727.451,00 juta dollar Amerika. April 1.197.417,00 juta dollar Amerika. Totalnya mencapai 6.731.846,00 juta dollar AS atau (Rp 109 miliar, sekitar Rp 16.082 per dollar AS).
Kemudian pada Januari 2024 Indonesia mengimpor barang dari Israel senilai 9.835.544,00 juta dollar AS, Februari 1.858.084,00 juta dollar AS, Maret 16.586.596,00 juta dollar AS. Kemudian April 945.503,00 juta dollar Amerika. Jumlahnya mencapai 29.225.727,00 juta dollar AS (Rp 479 miliar).
Angka tersebut menunjukkan impor meningkat lebih dari 4 kali lipat atau meningkat menjadi 339,4 persen.
Berdasarkan catatan BPS, Indonesia mengimpor peralatan dan suku cadang pemanas dan pendingin, boiler dan suku cadang pembangkit uap atau pembangkit lainnya, pompa air beserta suku cadangnya, peralatan tangan atau mesin, serta peralatan dan suku cadang telekomunikasi. Bagian.