Anak Disleksia Bisa Sukses dengan Pendidikan yang Tepat

iaminkuwait.com, BANDUNG – Laurentia Mira, penulis dan praktisi sistem pendidikan anak Montessori, mengatakan anak bisa meraih kesuksesan di masa depan dengan pendidikan yang tepat.

Ia mengatakan hal tersebut berdasarkan data dari United States United Notice ability Dyslexia Network yang menyatakan bahwa 60 persen CEO dan pengusaha paling sukses di dunia adalah anak-anak dengan ketidakmampuan belajar tertentu.

Di Indonesia, penderita disleksia yang terkenal dan sukses adalah Daddy Corbusier. Meski mengalami kesulitan akademis, ia berhasil memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Atamjaya, Jakarta, dan gelar Magister Psikologi dari Universitas London.

“Jika kita bisa membantu mereka, maka mereka tidak akan menjadi generasi yang hilang. Jika kita tidak membantu mereka, ketika terjadi ledakan misterius di Indonesia pada tahun 2045, kita akan kehilangan sumber daya manusia.” Presiden Lanterra Foundation di Bandung, Kamis (25/7/2024).

Ia mengatakan hal tersebut karena penelitian juga menunjukkan bahwa 50 persen narapidana di AS adalah anak-anak penderita disleksia atau masalah pembelajaran dini lainnya.

“Studi menunjukkan banyak anak dengan masalah belajar tertentu yang berakhir di penjara. Berdasarkan hal tersebut, tidak menutup kemungkinan hal tersebut bisa terjadi di belahan dunia lain, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Berdasarkan data tersebut, Laurentia mengatakan timnya bekerja sama dengan Lembaga Pembinaan Anak Khusus (LPKA) Kelas II Bandung untuk memberikan informasi dan edukasi kepada 225 anak guna membantu perayaan Hari Anak Nasional. Pelatihan ini diperuntukkan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar atau penderita disleksia untuk membantu mereka berkembang.

Saat ini pendidikan khusus anak disleksia masih terbatas di Indonesia. Tentunya mereka juga membutuhkan bantuan agar kelak bisa menjadi anak yang lebih baik lagi.

“Kami memiliki ‘Gerakan Bhinneka Tunggal Ika’ yang bertujuan untuk memberdayakan guru dan mengungkap potensi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar sehingga guru memahami perbedaan cara belajar anak dan mendukung semangat masyarakat,” kata Laurentia. .

Gerakan tersebut, menurut Laurentia, fokus membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar pada tiga bidang, yakni literasi, numerasi, dan pembelajaran emosional.

Ketiga hal tersebut, kata dia, sangat penting karena anak dengan kesulitan belajar tertentu seringkali memiliki emosi yang negatif dan tidak terkendali, apalagi anak penderita disleksia merasa memiliki harga diri yang rendah, selalu merasa tidak kompeten dan lemah Sepertinya aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Gerakan Bhanneka, kata Laurentia, akan digelar di seluruh Indonesia secara seksi di 23 kota di 11 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia, tergabung dalam organisasi United Information Literacy Dyslexia Network sebagai mitranya.

“Di setiap kota yang dikunjungi, kami akan bertemu dengan orang tua dan guru dengan target menjangkau 2.000 orang. Mereka akan diberikan pembelajaran bagaimana mengidentifikasi anak dengan masalah belajar tertentu,” ujarnya.

Jenis gerakan ini tidak terlalu menantang. Secara teknis diperlukan dukungan dari berbagai sektor termasuk sektor pendidikan dan sektor terkait lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *