Anak Perempuan Usia 5-12 Alami Penurunan Kepercayaan Diri Kreatif, Ini Penyebabnya

Radar Sumut, JAKARTA – Penelitian mengungkap faktor-faktor yang bisa menghambat anak perempuan menjadi percaya diri. Penelitian yang diberi nama “Play Well 2024 Research” menunjukkan bahwa anak perempuan berusia antara 5-12 tahun mungkin memiliki harga diri yang rendah. Hal ini disebabkan adanya tekanan untuk mencapai kesempurnaan dan pengaruh bahasa sehari-hari.

Rasa percaya diri yang melekat diartikan sebagai keberanian mengakui kegagalan ketika menciptakan ide-ide baru. Ini mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa. Survei tersebut mencakup pertanyaan tentang harga diri anak-anak, kreativitas dan pentingnya faktor-faktor seperti ketakutan akan kegagalan, tekanan untuk menjadi sempurna dan penggunaan bahasa.

Survei yang merupakan bagian dari kampanye “Play Unstoppable” The Lego Group ini dilakukan terhadap lebih dari 61.500 orang tua dan anak berusia 5 hingga 12 tahun di 36 negara, termasuk Indonesia. Hasilnya, 76 persen anak-anak memiliki kepercayaan diri dalam menciptakan sesuatu, namun hal ini menurun seiring bertambahnya usia.

Dua pertiga dari gadis-gadis yang diwawancarai sering merasa cemas untuk mengungkapkan perasaan mereka. Hal ini diperburuk oleh kekhawatiran akan beban perfeksionisme dan kesalahan (72 persen), bahasa yang terkesan membatasi eksperimen (71 persen), dan perlunya kesempurnaan (73 persen).

80 persen anak mengatakan mereka akan lebih berani mencoba hal baru jika kesalahan mereka dilihat sebagai kesempatan belajar. Gadis-gadis yang diwawancarai juga mengatakan bahwa mereka terdorong oleh pujian emosional seperti bijaksana, berani, dan memberi semangat.

Ada beberapa cara keluarga dapat membantu membangun kepercayaan diri anak-anak mereka melalui permainan dan bahasa sehari-hari. Peneliti anak Jennifer B. Wallace bekerja sama dengan The LEGO Group untuk meluncurkan panduan pengasuhan anak “10 Langkah untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri”.

Hal ini sejalan dengan kampanye Play Unstoppable dari LEGO Group yang bertujuan untuk mendorong anak-anak mencoba dan mengekspresikan diri secara kreatif. Diluncurkan oleh Wallace dan The LEGO Group, panduan ini berisi tips tentang cara meningkatkan kepercayaan diri kreatif Anda.

Salah satunya adalah menghindari pemikiran tentang gender ketika membicarakan ide-ide kreatif. Contoh stereotip gender adalah penggunaan kata-kata seperti “pintar”, “pintar”, dan “berani” untuk menggambarkan apa yang dilakukan anak laki-laki, namun menggunakan kata “imut” dan “cantik” untuk memuji anak perempuan.

Sebaliknya, Wallace menyarankan untuk menggunakan campuran kata-kata dan mendorong anak-anak untuk mengajukan pertanyaan dan pertanyaan yang menantang mereka. Selain itu, orang tua juga harus mencegah anak melakukan kesalahan saat bermain.

Khusus di Indonesia, dari 643 anak yang disurvei dalam Riset “Play Well 2024”, 96 persen responden berpendapat bahwa bermain LEGO membantu mereka mengatasi rasa takut melakukan kesalahan. 97 persen merasa lebih percaya diri dengan kemampuan kreatif mereka, dan 96 persen merasa bahwa LEGO Play membantu mereka belajar bahwa kemajuan lebih penting daripada kesempurnaan.

Alero Akuya, VP Global Brands, LEGO Group, mengatakan, Kreativitas merupakan kekuatan yang membedakan seseorang di era Artificial Intelligence (AI). Oleh karena itu kreativitas atau kebebasan berkreasi penting dan patut dikembangkan, bahkan sejak usia muda. Ia menyebut rasa percaya diri, keberanian, dan kepercayaan diri yang kreatif sebagai landasan penting.

“Ketika anak perempuan mempunyai ruang dan kebebasan untuk mengekspresikan diri mereka sepenuhnya, mereka menjadi tidak dapat dihentikan. Mereka menjadi penjelajah yang ceria, ilmuwan yang penuh rasa ingin tahu, pemimpi dan olah raga yang berani, dan itulah yang kami sebut dengan ‘Gerakan Bermain yang Tak Terhentikan’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *