iaminkuwait.com, JAKARTA — Kasus Mpox di dunia terus merebak dan kini “sampai” bahkan ke negara tetangga kita, Thailand. Setidaknya ada delapan langkah pencegahan Mpox di Indonesia. Apa pun; Berikut penjelasan Direktur Wisuda Universitas YARSI
Dan mantan Direktur Penyakit Menular WHO untuk Asia Tenggara, Profesor Tyandra Yoga Aditama.
Yang pertama adalah memastikan bahwa semua kasus yang diduga terjadi di mana pun di negara kita terdeteksi dan diidentifikasi dengan benar. “Karena wilayah kita sangat luas, maka pengawasan harus sangat luas,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diperoleh iaminkuwait.com, Selasa (27/08/2024).
Kedua, jika terdeteksi, peralatan diagnostik yang akurat harus tersedia jika diperlukan, baik berupa PCR maupun pengujian biomolekuler. Ketiga, Profesor Tyandra mengatakan jika sudah ada kasus, sebaiknya dilakukan penelusuran kontak, seperti saat Covid-19.
Keempat, bagi yang sakit (apalagi terkena Clade 1b), perlu disediakan fasilitas kesehatan. “Paling tidak ada empat faktornya, yakni tenaga medis yang terlatih, sarana dan prasarana isolasi, obat yang tepat seperti tecoxiramit (TPOXX, ST-246) dan lain sebagainya. dan penetapan syarat isolasi dan karantina tersangka,” jelasnya.
Kelima adalah vaksinasi, setidaknya ada dua jenis. Tipe pertama adalah “PEPV (post-exposure prophylaxis vaksin)” yang diberikan kepada mereka yang diduga tertular/kontak erat, dan tipe kedua adalah “PPV (primary prophylaxis vaksin)” yang diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi. kelompok.
Keenam, mengenai penguatan pintu masuk ke dalam negeri. Profesor Tjandra mengatakan, hal ini harus diimbangi dengan penguatan sistem kesehatan dalam negeri karena karantina tidak bisa menjamin sepenuhnya apakah akan ada kasus, apalagi jika pendatang belum menunjukkan gejala.
Menurutnya, langkah terpenting ketujuh adalah pendidikan sanitasi yang luas di masyarakat. Ia mengatakan, masyarakat harus tahu bagaimana cara menularkannya dan mencegahnya terjadi.
Kedelapan, karena ini merupakan isu global, Indonesia dinilai akan terus melakukan koordinasi dengan organisasi internasional seperti WHO. “Khusus Mpox, saat ini juga ada pernyataan dari CDC Afrika. Saya sudah lama mengusulkan pembentukan CDC ASEAN agar kita bisa lebih mengoordinasikan kerja di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.
Prpf Tjandra berharap Indonesia mengambil tindakan yang paling tepat. Tujuannya untuk mencegah penyebaran penyakit ini.