iaminkuwait.com, JAKARTA – Badai hebat dan hujan lebat menyebabkan sejumlah tempat di Dubai terendam air pada Senin malam (15 April 2024). Beberapa orang percaya bahwa hujan yang memecahkan rekor ini disebabkan oleh efek awan yang kuat. Apa itu?
Penyemaian awan adalah teknik yang banyak digunakan di Uni Emirat Arab (UEA). Pekerjaan penaburan tahun ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah curah hujan di wilayah tersebut.
Menurut Desert Research Institute, penyemaian awan dilakukan dengan menempatkan partikel kecil yang disebut inti atom di udara, yang menempel pada awan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara: menggunakan generator dari darat atau mendistribusikan inti dari pesawat terbang.
Inti-inti ini berfungsi sebagai dasar pembentukan es. Oleh karena itu, setelah awan mendarat, es dengan cepat terbentuk dan jatuh dari awan langsung ke permukaan bumi.
Di negara-negara Timur Tengah seperti UEA, tutupan awan tidak berkontribusi terhadap pembentukan salju tetapi meningkatkan curah hujan. UEA diketahui menerima curah hujan yang sangat sedikit karena negara tersebut dipengaruhi oleh iklim gurun yang keras. Curah hujan di UEA biasanya berkisar antara 140-200 mm per tahun.
Namun, Selasa malam (16/4/2024), Dubai, salah satu kota di UEA, menerima curah hujan lebih dari 142 mm dalam 24 jam, AP News melaporkan. Faktanya, beberapa tempat di UEA mencatat curah hujan lebih dari 250 mm dalam waktu kurang dari 24 jam, menurut pernyataan dari kantor pers pemerintah UEA.
“Ini adalah peristiwa iklim yang bersejarah. Jumlah curah hujan jauh lebih tinggi dibandingkan yang tercatat sejak tahun 1949,” kantor berita WAMA melaporkan.
Kondisi ekstrem inilah yang membuat sebagian orang percaya bahwa penyemaian awan berperan dalam menyebabkan hujan lebat dan badai di UEA. Namun para ahli iklim meyakini terjadinya hujan lebat dan badai disebabkan oleh perubahan iklim.
“Apakah penyemaian awan itu penting? Mungkin tidak. Bagaimana dengan perubahan iklim? Mungkin ya,” jawab peneliti iklim Universitas California Daniel Swain, seperti dilansir CBS News, Jumat (19 April 2024).
Perubahan iklim saat ini telah mengakibatkan suhu terus meningkat dan gelombang panas memecahkan rekor. Faktanya, tahun 2023 telah menduduki peringkat sebagai tahun terpanas di dunia.
Para ilmuwan mengatakan suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan emisi. Peningkatan angin ini dapat menyebabkan badai yang sering terjadi dan parah seperti yang melanda Dubai dan UEA secara keseluruhan.
Ilmuwan senior Columbia Climate School Andrew Kruszkiewicz juga mengatakan tidak ada bukti bahwa tutupan awan menyebabkan lebih banyak badai di UEA. Laporan ini selanjutnya didukung oleh komentar pakar iklim Ryan Maue dari Associated Press.
“Ini bukan karena pertumbuhan awan,” kata Maue.
Maue menekankan bahwa panen tahunan tidak dapat menyebabkan badai hebat seperti di UEA. Selain itu, masyarakat saat ini tidak mampu mengendalikan badai sendiri.
“Jika kita bisa melakukan ini, saya pikir kita bisa memecahkan masalah yang lebih kompleks dibandingkan menciptakan air hujan di Dubai,” kata Maue.
Di sisi lain, Desert Research Institute mencatat bahwa keberhasilan investasi multi-tahun dalam meningkatkan ketersediaan air dapat bervariasi. Di beberapa daerah, proses ini dapat meningkatkan curah hujan atau salju sebanyak 10 persen per tahun.