Atlet yang Rajin Olahraga Juga Bisa Alami Henti Jantung, Dokter Beri Penjelasan

iaminkuwait.com, JAKARTA – Saat melakukan aktivitas berat seperti berolahraga, disarankan untuk mewaspadai kelainan irama jantung tersembunyi yang mungkin tidak terdeteksi saat pemeriksaan jantung. Dr. Donny Ugo Harmanto SP.JP(K), dokter spesialis kardiovaskular Universitas Indonesia, mengatakan atlet profesional juga bisa mengalami serangan jantung akibat kelainan irama jantung yang tidak dapat dideteksi oleh alat tes jantung standar.

“Atlet profesional bisa mengalami serangan jantung jika mereka memiliki kelainan irama jantung. “Dalam keadaan normal, kelainan ini tidak terdeteksi oleh tes jantung standar,” kata Downey, Rabu (3/7/2024).

Hal ini terkait meninggalnya pebulutangkis tunggal putra China Zhang Zijie yang meninggal dunia pada Minggu (30/06/2024) saat laga BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di Yogyakarta. Dokter dari RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita ini mengatakan, orang yang berisiko tinggi terkena serangan jantung sebaiknya menjalani pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan seperti tes rangsangan dan tes kelistrikan bisa dilakukan, kata dia, yang kerap mengeluhkan pingsan mendadak, pandangan gelap, gugup, dan riwayat kematian mendadak pada keluarga besar. Saat berolahraga, baik atlet maupun masyarakat umum harus mengetahui kapasitas atau kapasitas jantungnya melalui tes latihan kardiopulmoner (CPET) yang tersedia di sebagian besar rumah sakit.

Selain itu, detak jantung maksimum yang diprediksi berdasarkan usia (APHR) juga dapat dihitung dengan memeriksa persentase peningkatan detak jantung saat berolahraga. “Nilai APMHR bisa dihitung dengan rumus umur dikurangi 220. Jika denyut nadi lebih tinggi dari aPMHR berarti jantung digunakan maksimal. “Tetapi perkiraan terbaiknya tetap menggunakan CPET,” jelasnya.

Downey mengatakan, jika seseorang berolahraga, hal pertama yang harus dilakukan agar terhindar dari serangan jantung adalah mewaspadai keluhan seperti kelelahan ekstrem, nyeri dada, sesak napas, dan pandangan gelap saat akan pingsan. “Dan jika ada orang di sekitar yang mengalami serangan jantung, Donnie akan berada di sana untuk memeriksa kesadarannya, meminta bantuan, memeriksa denyut nadi di leher selama 5 hingga 10 detik, dan jika tidak ada denyut nadi, lakukan CPR pertolongan pertama yang aman dengan kecepatan 100 denyut per detik. sebentar,” katanya.

Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) ini dapat dipelajari oleh masyarakat awam dan tersedia di banyak penyedia layanan seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang rutin memberikan pelatihan kepada masyarakat awam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *