iaminkuwait.com, JAKARTA – Bukan rahasia lagi jika stres bisa berdampak buruk bagi tubuh manusia. Namun studi yang dilakukan para peneliti di Karolinska Institutet menunjukkan betapa berbahayanya stres bagi otak manusia.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of the Alzheimer’s Association menemukan bahwa stres mengikis cadangan kognitif otak dan meningkatkan risiko demensia. Cadangan kognitif bertindak sebagai penyangga mental yang melindungi otak dari gejala demensia.
“Melakukan aktivitas seperti belajar dan bekerja benar-benar dapat membangun keterampilan kognitif. “Namun, jika Anda mengalami stres yang parah atau terus-menerus, hal ini dapat mengurangi manfaat tersebut,” kata Manasa Shantha Yerramalla, penulis utama studi tersebut, Study Finds. Diposting pada Kamis (6/6/2024)
Menanggapi hal tersebut, Yerramalla menekankan pentingnya manajemen stres yang disesuaikan dengan kepribadian dan kebutuhan individu. Strategi manajemen stres mungkin merupakan intervensi gaya hidup lain untuk mencegah penyakit Alzheimer.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat laporan pasien demensia sejak akhir tahun 1980-an. Beberapa orang yang tidak pernah menunjukkan gejala demensia yang jelas dalam hidupnya ditemukan mengalami perubahan otak yang konsisten dengan penyakit Alzheimer.
Hal ini menimbulkan pertanyaan baru tentang demensia: apakah otak mereka menunjukkan gejala. Mengapa Anda tidak mengalami gejala? Penyelidikan ini mengarah pada konsep “cadangan kognitif” – gagasan bahwa pengalaman dan perilaku hidup tertentu dapat membangun ketahanan mental yang melindungi terhadap penurunan kognitif.
Para peneliti di Institut Karolinska menggali lebih dalam mengenai hal ini. Mereka merekrut 113 peserta dari klinik memori di Rumah Sakit Universitas Karolinska di Swedia untuk mempelajari bagaimana cadangan kognitif berhubungan dengan kognisi dan biomarker penyakit Alzheimer. Namun, mereka menambahkan perubahan unik pada penelitian mereka dengan melihat bagaimana stres dapat memengaruhi hubungan.
Tim Yerramalla mengukur dua jenis stres: stres fisiologis (menggunakan kadar kortisol dalam air liur) dan stres psikologis (bagaimana perasaan stres yang dirasakan partisipan). Kortisol disebut “hormon stres” karena kadarnya meningkat ketika seseorang mengalami stres. “Bayangkan kortisol sebagai sistem alarm bawaan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan kognitif yang lebih besar meningkatkan kognisi, namun tingkat kortisol yang lebih tinggi memoderasi hubungan yang menguntungkan ini. “Seolah-olah stres secara bertahap mengikis lapisan pelindung benteng psikologis mereka,” kata para peneliti.
Penemuan ini membuka jalan baru yang menarik untuk pencegahan penyakit Alzheimer. Intervensi untuk mengurangi stres, seperti meditasi, yang dapat menurunkan kadar kortisol, dapat digunakan untuk mencegah demensia atau penyakit Alzheimer, kata para peneliti.