REPUBLIK.CO. memastikan stabilitas ekonomi dan pasar keuangan yang stabil.
Risiko tersebut, menurut perseroan, antara lain konflik geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan kemungkinan penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) atau Federal Funds Rate (FFR).
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan: “Dalam situasi ini, kami meyakini menjaga stabilitas keuangan sangat penting bagi sektor keuangan khususnya perbankan dan makroekonomi, sehingga kami dapat menerapkan strategi yang lebih baik dan bijaksana akibat berbagai ketidakpastian dan perubahan global.” tulis Teuku Ali Usman di Jakarta, Rabu (24/4/2024).
Sebelumnya dalam keterangan terpisah pada Jumat (19/04), Bank Mandiri menegaskan posisi likuiditas bank saat ini tetap kuat meski nilai tukar rupee berfluktuasi akibat gejolak perekonomian global dan geopolitik.
Perseroan juga menilai posisi fundamental Bank Mandiri sehat dengan tingkat permodalan yang kuat sehingga dapat menjadi buffer jika terjadi gejolak perekonomian dan pasar keuangan.
Seperti diberitakan sebelumnya, BI pada Rabu resmi mengumumkan kenaikan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen. Hal ini dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar dan mencegah pertumbuhan ekonomi terkena dampak global spillover.
BI juga menaikkan suku bunga fasilitas simpanan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen dan suku bunga fasilitas kredit sebesar 25 persen menjadi 7 persen. Keputusan kenaikan BI rate diambil dalam rapat Direksi BI (RDG) yang digelar pada 23-24 April 2024.
Gubernur BI Perry Vargio mengatakan inflasi diambil untuk memastikan inflasi tetap sebesar 2,5 plus minus satu persen pada tahun 2024 dan 2025, sejalan dengan sikap kebijakan moneter yang akomodatif.
Pada RDG BI sebelumnya yang digelar pada 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6 persen. Sementara suku bunga deposit facility dibiarkan sebesar 5,25 persen dan suku bunga perusahaan pemberi pinjaman sebesar 6,75 persen.