iaminkuwait.com, JAKARTA — Sulit tidur nyenyak di malam hari? Banyak orang mencari cara untuk meningkatkan kualitas tidurnya.
Cara populer untuk meningkatkan kualitas tidur di era digital adalah apa yang disebut Autonomic Sensory Meridian Response, atau ASMR. ASMR adalah sensasi relaksasi menyenangkan yang dipicu oleh suara lembut atau visual tertentu. Suara bisikan pelan, suara makanan renyah dikunyah, atau suara kertas dipotong adalah beberapa contoh pemicu ASMR. Sensasi ini biasanya dimulai dari kulit kepala dan menyebar ke seluruh tubuh, memberikan rasa tenang dan rileks.
Menurut halaman Very Well Mind, ASMR sering dikaitkan dengan tidur, dan untuk alasan yang bagus. Pasalnya, orang yang sensitif terhadap ASMR menganggap rangsangan tersebut sangat menenangkan dan dapat menyebabkan tidur.
Ariel Landrum, seorang terapis perkawinan dan keluarga berlisensi serta terapis seni bersertifikat, mengatakan dia melihat peningkatan peran respons meridian sensorik otonom (ASMR) dalam membantu penderita insomnia. “ASMR, yang ditandai dengan sensasi kesemutan menenangkan yang sering dirasakan di kulit kepala, dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendorong tidur dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan,” ujarnya.
Anda mungkin pernah mendengar atau mendengarkan banyak video ASMR di YouTube atau rekaman otomatis yang dapat Anda temukan di berbagai aplikasi dan situs web. Anda mungkin pernah mencobanya dan merasakan aliran ASMR, atau Anda menyadari bahwa Anda mulai tertidur di alam mimpi. Pertanyaannya adalah: Bagaimana sebenarnya cara kerja ASMR? Apa ilmu di baliknya?
Pertama, penting untuk dipahami bahwa tidak semua orang merespons rangsangan ASMR. Misalnya, ketika para peneliti mempelajari efek video ASMR pada manusia, mereka menemukan bahwa beberapa orang yang mereka pelajari merespons rangsangan ASMR, sementara yang lain tidak. Namun, dari mereka yang memberikan tanggapan, para peneliti mencatat bahwa tanggapan mereka konsisten dan dapat diandalkan.
Jed Wu, psikolog dan peneliti tidur bersertifikat, mengatakan bahwa orang yang mengalami ASMR sering kali mengalaminya sebagai sensasi kesemutan yang menyenangkan yang juga disertai dengan perasaan tenang dan sejahtera. Para peneliti telah mengkonfirmasi bahwa ini adalah respons fisiologis tubuh yang nyata, termasuk penurunan detak jantung, depresi, dan perbaikan sementara pada nyeri kronis, yang mendorong tidur.
“Penelitian terhadap aktivitas otak orang yang mengalami ASMR juga menunjukkan bahwa keadaan fokus (bukan gangguan atau hyperarousal) yang membantu transisi seseorang dari hari yang sibuk ke tidur yang nyenyak,” ujarnya.
Landrum mengatakan ASRM kemungkinan akan merangsang area otak yang berbeda. “Memahami bagaimana ASMR membantu tidur memiliki dasar neurologis yang melibatkan aktivasi area tertentu di otak dan pelepasan neurotransmiter seperti dopamin dan serotonin,” katanya.
Ketika peneliti menilai otak orang yang mengalami ASMR dengan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), mereka mencatat bahwa area tertentu di otak terstimulasi. Secara khusus, wilayah otak yang terlibat dalam sistem penghargaan, perasaan empati, dan tanda-tanda perilaku sosial paling responsif terhadap pemicu ASMR.
Setiap orang berbeda dalam hal manfaat ASMR bagi mereka. “Menurut pengalaman saya, teknik ASMR yang paling efektif untuk tidur berbeda-beda pada setiap orang. “Kuncinya adalah melakukan penelitian dan menentukan apa yang terbaik bagi individu,” ujarnya.
Kebanyakan pemicu ASMR berbentuk audio (terdengar), namun bisa juga berupa visual atau sentuhan (sentuhan). Saat orang mengalami reaksi terhadap pemicu ini, biasanya mereka menggambarkan sensasi kesemutan atau kehangatan. Reaksi ASMR sering kali dirasakan di bagian belakang leher atau kulit kepala, namun bisa juga terjadi di berbagai bagian tubuh, atau di seluruh tubuh atau kulit, berupa ruam hangat atau sensasi kesemutan.
Di antara pemicu ASMR yang paling populer adalah bisikan, gerakan tangan yang lembut, dan suara seperti gemerisik kertas atau tetesan air hujan. Pemicu ASMR lain yang mungkin terjadi adalah melihat diri sendiri atau orang lain melakukan masturbasi, menyisir rambut, aktivitas manual, atau gerakan ringan atau lambat lainnya,” kata Dr. kata Wu.
Dr. Menurut pengalaman Wu, banyak pemicu yang paling efektif adalah pemicu yang mempunyai komponen sosial. “Pemicu yang paling umum sering kali, namun tidak selalu, adalah komponen sosial yang meniru keintiman (misalnya, mendengar seseorang berbisik atau melihat tangannya dari dekat),” katanya.