Berkaca dari Kasus Bernadya, Mengapa Orang ‘Mudah’ Melecehkan di Medsos?

iaminkuwait.com, JAKARTA – Penyanyi muda Bernadya belakangan ini menjadi korban pelecehan di media sosial. Isu ini bermula saat pelantun lagu “Satu Bulan” itu mengunggah video kepulangannya ke Surabaya di akun TikTok miliknya. Meski isinya kentara, namun justru mendapat komentar yang mengarah pada pelecehan.

Apa yang terjadi pada Bernadya adalah bukti nyata bahwa perempuan kerap menjadi sasaran pelecehan dunia maya, meski mereka mengenakan pakaian penyamaran. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Plan International dan dikutip oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), 50 persen perempuan mengatakan mereka menghadapi lebih banyak masalah di dunia maya dibandingkan di jalanan.

Pakar hukum Karanjawala & Co, Niharika Karanjawala-Misra mengungkapkan, stigma terhadap perempuan yang sudah lama mendarah daging di masyarakat menjadi salah satu penyebab kerentanan tersebut. Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat perempuan lebih rentan terhadap pelecehan di media sosial. Berikut penjelasannya seperti dilansir Her Zindagi, Sabtu (28/9/2024).

1. Bias gender

Salah satu alasan utama perempuan sering menjadi sasaran pelecehan adalah karena bias gender. Bias gender seringkali mengakibatkan perempuan dipandang sebagai objek seks dan bukan sebagai individu yang utuh.

Penolakan terhadap seksualitas ini meningkatkan risiko pelecehan baik di ruang publik maupun di Internet, karena tubuh perempuan dianggap untuk kepentingan publik dan dapat dikomentari atau dieksploitasi. Cobaan yang dialami Bernadya menunjukkan bagaimana bias gender berperan dalam kekerasan berbasis gender.

2. Peran privasi

Salah satu faktor terbesar dalam meningkatnya pelecehan online terhadap perempuan adalah privasi. Niharika menjelaskan, minimnya anonimitas membuat masyarakat lebih berani mengambil tindakan yang mungkin tidak mereka lakukan dalam interaksi tatap muka.

Pelaku pelecehan online merasa terlindungi dari konsekuensi tindakannya. Selain itu, dengan anonimitas tersebut, penjahat juga dapat dengan mudah menyerang perempuan tanpa bertanggung jawab atas perbuatannya.

3. Konektivitas digital yang luas

Tidak seperti bentuk pelecehan lain yang mungkin terbatas pada tempat atau situasi tertentu, cyberbullying dapat menembus setiap aspek kehidupan perempuan. Meluasnya media sosial dapat menimbulkan pelecehan kapan saja, bahkan di area pribadi sekalipun.

Aplikasi media sosial dan telepon pintar yang selalu terhubung membuat pesan dan komentar yang bersifat pelecehan selalu sampai ke tangan perempuan. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh PBB, 58 persen anak perempuan dan perempuan muda pernah mengalami beberapa bentuk pelecehan online.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *