iaminkuwait.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan teknologi penginderaan jauh melalui pemanfaatan data citra satelit dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana, termasuk deteksi kerentanan lahan-lahan di banyak daerah.
“Saat ini sudah banyak satelit data penginderaan jauh yang memotret permukaan bumi dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat,” kata Direktur Pusat Penelitian Geoinformatika BRIN Rokhis Khomaruddin di Jakarta, Rabu (25/4/2024).
Rokhis mengatakan perkembangan teknologi penginderaan jauh telah berkembang pesat. Sebagian besar data udara satelit memiliki resolusi yang sangat tinggi, seperti bangunan yang terlihat dan Anda dapat melihat banyak objek penting yang sebelumnya hanya digunakan oleh fotografi udara.
“Melalui citra satelit kita bisa menjelajahi wilayah dengan resolusi spasial yang tinggi,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa teknologi penginderaan jauh dapat mengidentifikasi bencana sebelum terjadi dengan menerapkan sistem peringatan dini.
Teknologi penginderaan jauh juga dapat mendeteksi perubahan medan, menguraikan gambaran bahaya dan kemampuan daerah terkena dampak bencana.
Bahkan, wilayah bencana masih bisa dilihat melalui citra satelit. Lalu apa dampaknya, contohnya terkait kebakaran lahan dan hutan.
“Setelah bencana terjadi, kita bisa melihat dampak dari bencana tersebut, masyarakatnya hancur dan sebagainya,” kata Rokhis.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah kejadian tanah longsor di Indonesia mencapai 183 kasus sepanjang Januari hingga pertengahan April 2024.
Bencana gempa bumi mempunyai tingkat kejadian yang lebih tinggi dibandingkan dengan bencana alam lainnya, seperti banjir, erosi, angin topan, dan gempa bumi. Bahkan, dalam 10 tahun terakhir, bencana gempa bumi juga tercatat sangat tinggi, dengan jumlah mencapai 7.024 kejadian.
“Lanskap merupakan bencana alam yang sangat penting untuk dikaji agar dampaknya dapat dikurangi di kemudian hari,” tutup peneliti Puslitbang BRIN.