iaminkuwait.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menyelidiki keanekaragaman genetik bunga Rafflesia patma dari lima lokasi di luar kawasan lindung.
Peneliti Pusat Penelitian Ekologi dan Etnobiologi BRIN Yayan Wahyu Kusuma mengatakan, Rafflesia patma yang merupakan kerabat dekat Rafflesia arnoldii merupakan salah satu tumbuhan yang dilindungi karena keberadaannya di alam sudah langka dan terancam punah.
Sejak tahun 2004, BRIN telah berhasil meneliti dan membudidayakan Rafflesia patma dan tanaman inangnya. “Tanaman sempit asal Pangandaran ini setidaknya sudah mekar 16 kali di Kebun Raya Bogor,” kata Yayan.
Pemerintah mendorong upaya perlindungan kerabat Rafflesiaceae di habitat aslinya, di kawasan lindung, maupun di luar habitat aslinya, seperti kebun raya, arboretum, dan kebun hayati.
BRIN menyelidiki keanekaragaman genetik Rafflesia patma dari lima lokasi di luar kawasan lindung, yaitu Kebun Raya Bogor, Geopark Leuweung Cipeucang Ciletuh, Bojong Larang Jayanti, Leuweung Sancang, dan Pangandaran.
Yayan mengatakan, hasil penelitian selama dua puluh tahun menunjukkan bahwa keanekaragaman genetik Rafflesia patma asal Leuweung Cipeucang paling tinggi karena lebih banyak 0,36 dibandingkan keanekaragaman total Kebun Raya Bogor (0,32), Bojong Larang Jayanti (0,32), Bojong Larang Jayanti (0,08), Leuweung Sancang (0,32), dan Pangandaran (0,04).
Menurutnya, kegiatan konservasi terhadap jenis tumbuhan langka yang tumbuh di luar kawasan lindung harus terus mendorong peningkatan keanekaragaman genetik.
“Selain Rafflesia patma, kami juga menemukan data serupa pada jenis tumbuhan langka lainnya yang tumbuh di luar kawasan lindung, seperti Vatica Bantamensis dan Hopea biltonensis,” kata Yayan.