Catatan Komisi X DPR pada Hardiknas 2024: Kebijakan Pendidikan Terlalu Top Down

iaminkuwait.com, JAKARTA – Sistem pendidikan Indonesia menghadapi banyak tantangan dalam upaya meningkatkan kualitas peserta didik. Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei, para pengambil kebijakan (stakeholder) masih berpandangan bahwa kita harus meningkatkan kerja sama untuk mencari peluang perbaikan sistem pendidikan tanah air. 

“Kami berpendapat bahwa sekarang perlu untuk meningkatkan kerja sama antara penyedia pendidikan dan masyarakat untuk memastikan pedoman kebijakan pendidikan kami tidak tinggi.” Apalagi kerjasama ini diperlukan untuk memperoleh informasi penting mengenai kebijakan bagi kajian pemasok di lapangan,” kata ketua panitia. 

Dalam keterangan tertulisnya, Pak Huda menyampaikan bahwa penerapan sistem pendidikan Indonesia Cheering saat ini kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti rendahnya kemampuan dasar siswa dalam bidang literasi, sains, dan matematika, belum terselesaikannya persoalan kesejahteraan guru, dan rendahnya akses terhadap pendidikan tinggi di tanah air. 

“Sayangnya, tantangan-tantangan besar ini tampaknya dihadapi oleh kebijakan-kebijakan top-down yang membatasi partisipasi masyarakat sipil di sektor pendidikan,” katanya. 

Menurut Human Capital Index (HCI) Bank Dunia, Huda, kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia tertinggal jauh dibandingkan Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Indonesia menempati peringkat 96 dari 173 negara sekaligus, Singapura peringkat 1, Vietnam peringkat 1 peringkat 38, Malaysia peringkat 62, dan Thailand peringkat 63. 

“Penyebab turunnya peringkat HCI Indonesia adalah rendahnya nilai PISA Indonesia dan tingginya angka prevalensi pada anak kita,” ujarnya. 

Hasil tes PISA Indonesia, lanjut Huda, juga menunjukkan bahwa kemampuan pelajar Indonesia dalam hal membaca dan menulis, sains, dan matematika sebanding dengan negara lain. Pada tahun 2022, nilai PISA membaca dan menulis Indonesia sebesar 359, sains 383, dan matematika 379. Capaian tersebut tertinggal jauh dari siswa Singapura yang tingkat literasinya 543, sains 561, dan matematika 575. 

Ia mengatakan, “Sebenarnya Indonesia tertinggal dari Vietnam dalam hal literasi siswa. Mendapat poin 462, sains 472, dan matematika 469. 

Kebijakan kebebasan belajar, kata Huda, masih dianggap banyak kalangan tidak memberikan kebebasan kepada penyelenggara pendidikan untuk menciptakan metode belajar mengajar yang terbaik sesuai kebutuhan peserta didik. Faktanya, kebijakan Merdeka Belajar masih tertahan pada pekerjaan teknis administrasi yang menjadi beban guru dan tenaga kependidikan.

“Keputusan kurikulum independen mulai tahun ajaran 2024/2025 juga merupakan kemunduran tersendiri, meski masa persiapannya dua tahun ke depan,” ujarnya.

Politisi PKB ini berharap pemerintah memprioritaskan penyelesaian pengangkatan satu juta guru sebagai pegawai pemerintah melalui Perjanjian Kerja Umum (PPPK). Gerakan ini untuk memastikan kesejahteraan guru teratasi yang menjadi permasalahan besar dari waktu ke waktu. 

“Dalam pandangan kami, kesejahteraan guru adalah kunci dari setiap inovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita.” Jika guru berhasil, apapun program pendidikannya, kemampuan siswanya, harus ada metode belajar mengajar apa saja. dipilih, kemungkinan suksesnya akan tinggi, ”ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *