iaminkuwait.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Eric Thohir menyatakan komitmennya untuk mencapai visi dan misi Presiden RI Prabowo Subianto terkait lahirnya Badan Pengelola Investasi Anagata Nusantara Power (BPI Danantara). Eric menegaskan dukungan penuhnya terhadap Danantara sebagai salah satu langkah mewujudkan Indonesia menjadi negara yang lebih mandiri.
“Saya sudah sampaikan dari awal bahwa kami sudah menyiapkan tempat untuk Danantara, dan RUU BUMN yang didorong saat itu adalah super hold, dan transisi ini tepat bagi kami,” kata Eric dalam konferensi pers bersama menteri. BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (7/11/2024) Malam Kantor Perumahan Rakyat Maruarar Sirait.
Eric mengaku memang bangga karena dengan kepemimpinannya di Kementerian BUMN pada era Presiden Joko Widodo, ia telah melakukan restrukturisasi menyeluruh terhadap badan usaha pelat merah. Pada pertengahan tahun 2020-2022, BUMN harus melewati berbagai kendala dan rintangan, termasuk sedang dilanda pandemi Covid-19.
“Sekarang kita lihat banyak BUMN yang sehat, 40 dari 47 sehat dan tujuh masih dalam proses restrukturisasi. Artinya kalau melihat sejarah, yang tadinya laba hanya Rp 13 triliun (laba bersih BUMN 2020), kini Rp 327 triliun (laba bersih BUMN 2023), dan ini merupakan dividen tertinggi yang pernah ada. Rp90 triliun, Artinya BUMN sehat, jelasnya.
Eric juga mengatakan rasio utang berbasis bunga terhadap EBTDA turun menjadi 2,4 persen dari 4,4 persen. Dengan keberhasilan tersebut, dia kembali menegaskan bahwa BUMN itu sehat.
“Kalau banyak orang sehat, harusnya terintegrasi, itu bagus. Garis lengan saya benar-benar telah direstrukturisasi. Jadi kami sedang merestrukturisasi sisanya. “Jadi ada pembahasan tentang kompleksitasnya, tentang penelitiannya,” kata Eric.
Diketahui, Presiden RI Prabowo Subianto ingin membangun anak perusahaan BUMN yang bibitnya adalah BPI Danantara. Prabowo bertujuan menjadikan BPI Danantara sebagai pengelola dana kekayaan negara (SWF) terbesar keempat di dunia.
Berdasarkan informasi BPI Danantara, dana kelolaannya setara US$ 600 miliar atau Rp 9,459 triliun (kurs saat ini Rp 15.765 per dolar AS). Dana tersebut merupakan akumulasi dari tujuh BUMN terbesar di Indonesia, serta penggabungan Otoritas Investasi Indonesia (INA) ke dalam Danantara.
Bank Mandiri aset Rp 2.174 triliun, BRI aset Rp 1.965 triliun, PLN aset Rp 1.671 triliun, Pertamina aset Rp 1.412 triliun, BNI aset Rp 1.412 triliun, BNI aset Rp 087 triliun. dan Telkom Indonesia dengan aset Rp 318 triliun dan Mind ID dengan aset Rp 259 triliun. Aset INA kemudian mencapai Rp 163 triliun.
Dengan modal awal sebesar itu, Danantara menargetkan dana kelolaan mencapai $982 miliar atau setara Rp15.481 triliun. Jumlah tersebut menjadikan Danantara sebagai SWF terbesar keempat di dunia. Badan usaha milik negara lainnya secara bertahap dibawa ke bawah BP Danantara dan dilaporkan akan ditambahkan ke portofolionya dalam waktu dekat.