Dirjen IRENA: EBT Bawa Ketahanan Lebih Besar untuk Energi Global

Radar Sumut, ABU DHABI – Perkembangan energi terbarukan (EBT) membawa perubahan besar pada sistem energi global. Karena EBT memperkuat keberlanjutan dengan melakukan desentralisasi dan optimalisasi sumber energi dalam negeri, kata Direktur Jenderal Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA).

“Energi terbarukan meningkatkan keberlanjutan dengan melakukan desentralisasi dan lebih mengandalkan sumber-sumber domestik,” kata Direktur Jenderal IRENA Fransesco La Camera dalam Geopolitik Transisi Energi: Keamanan Energi atau Geopolitik dalam Transisi Energi: Keamanan Energi di Majelis. Sidang Umum IRENA Abu Dhabi XIV, Uni Emirat Arab (UEA), kemarin.

Menurut La Camera, sangat penting bagi berbagai pihak untuk mengkonfigurasi faktor keamanan energi ini dengan langkah-langkah dan investasi berwawasan ke depan. Ia meyakini pengembangan energi terbarukan memerlukan pendekatan holistik, mulai dari modernisasi strategis hingga diplomasi.

Pengembangan energi terbarukan juga menunjukkan bahwa strategi ketahanan energi kini harus mencakup integrasi solusi terhadap permasalahan lingkungan, tren ekonomi, dan dampak sosial.

IRENA menekankan dalam laporannya bahwa teknologi adalah kunci atau inti dari energi baru, bukan lagi bahan bakar. Berdasarkan World Energy Transition Outlook atau Outlook Transisi Energi Dunia yang sebelumnya diterbitkan oleh IRENA, energi terbarukan akan mencakup tiga perempat bauran energi global pada tahun 2050.

Listrik akan menjadi energi utama, mencakup lebih dari 50 persen konsumsi pada tahun 2050. Sistem berbasis energi terbarukan ditandai dengan elektrifikasi dan efisiensi yang tinggi, dilengkapi dengan hidrogen hijau dan biomassa berkelanjutan.

Menurut perkiraan IRENA, dibutuhkan 11 terawatt atau 11.000 gigawatt kapasitas energi terbarukan terpasang pada tahun 2030. Untuk mencapai hal ini, perlu dilakukan peningkatan tiga kali lipat energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi energi, yang juga dikonfirmasi pada KTT Iklim COP 28 di Dubai pada November 2023.

Hal ini dimaksudkan untuk memastikan kenaikan suhu bumi tidak melebihi ambang batas 1,5 derajat Celcius berdasarkan Perjanjian Paris.

“Akibatnya, perubahan geopolitik yang besar akan sangat mempengaruhi dinamika perdagangan energi, mengubah ketergantungan internasional dan membentuk kembali lanskap geopolitik. Perdagangan listrik lintas negara akan menjadi semakin menonjol, sehingga menghasilkan keuntungan bersama, tidak seperti ketergantungan asimetris pada minyak dan gas.” . Menurut laporan IRENA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *