Dokter Paru: Jangan Anggap Vape Lebih Aman dari Rokok Biasa

iaminkuwait.com, JAKARTA – Dosen Fakultas Pulmonologi (FK) Universitas Indonesia (UI), Dr. Aditya Wirawan, Ph.D., Sp.P mengatakan vaping tidak boleh dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa. Kedua jenis rokok tersebut masih mengandung bahan beracun yang dapat membahayakan tubuh.

“Keyakinan bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa adalah hal yang cukup umum,” kata dokter tersebut. Aditya Wirawan, Ph.D., Sp.P dalam keterangannya, Sabtu (02/06/2024).

Salah satunya adalah vaping tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga ada anggapan umum bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa. Namun, Dr. Aditya menekankan pentingnya mengkaji bukti ilmiah yang ada untuk memahami seberapa benar klaim tersebut.

Ia menjelaskan, perbedaan utama antara rokok vaping dan rokok biasa terletak pada komposisi kimia dan proses pembakarannya. Beberapa zat beracun pada rokok biasa tidak ditemukan pada vaping, dan beberapa zat beracun pada vaping tidak ditemukan pada rokok biasa.

Namun, hal ini tidak membuat vaping aman. Para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut tentang dampak vaping terhadap kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang, kata Dr Aditya, juga dokter spesialis paru di RSUI.

Lebih lanjut dari Dr. Aditya mengatakan penggunaan vaping atau rokok elektrik dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain iritasi saluran pernafasan, bronkitis akut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan cedera paru terkait rokok elektrik atau vaping (EVALI).

“Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk merasakan efek vaping bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor, seperti sensitivitas seseorang terhadap nikotin dan seberapa banyak yang dihirupnya,” kata Dr. Aditya.

 

Beberapa efek dapat dirasakan dengan cepat setelah menghirup uap dari vape, terutama jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek ini dapat terjadi dalam hitungan detik hingga menit setelah terhirup.

Beberapa efek yang mungkin dialami antara lain peningkatan energi, sedasi, atau sensasi nikotin lainnya, tergantung pada sensitivitas dan toleransi nikotin individu. Selain pengguna, orang-orang disekitarnya yang menghirup asap vape atau biasa disebut vaping bekas juga ikut terdampak.

Paparan asap rokok tidak sama dengan paparan asap rokok biasa. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya dalam asap rokok biasa tidak terdapat dalam vaping, meskipun zat tersebut terdapat dalam jumlah yang jauh lebih kecil (

“Meskipun paparannya mungkin berbeda dengan paparan asap rokok biasa, paparan aerosol vaping tetap membawa risiko kesehatan. Dampak paparan asap vaping antara lain iritasi saluran pernapasan, bronkitis, sesak napas, eksaserbasi asma, dan masih banyak lagi.” Paparan vaping bekas dapat menyebabkan peningkatan risiko gangguan pernafasan, terutama pada anak-anak dan orang yang sudah memiliki gangguan pernafasan,” kata dr Aditya.

Sementara itu, paparan uap vaping tidak hanya berdampak pada manusia, tapi juga lingkungan. Aditya mengatakan, emisi dan limbah vaping mengandung nikotin dalam jumlah tinggi dan bahan kimia beracun lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Vaping dapat meningkatkan kadar nikotin dan partikel halus (PM2.5) di udara dalam ruangan, meski lebih rendah dibandingkan rokok biasa. Selain itu, uap vape juga mengandung senyawa organik yang mudah menguap dan logam yang dapat berkontribusi terhadap polusi udara dalam ruangan.

“Meskipun hanya ada sedikit penelitian yang secara khusus membahas dampak uap pada tanaman, beberapa bahan kimia dalam uap, seperti logam berat dan senyawa organik yang mudah menguap, berpotensi membahayakan tanaman jika terakumulasi dalam konsentrasi tinggi.” hewan “Nikotin yang terdapat dalam uap vape bersifat racun bagi banyak hewan dan dapat menyebabkan keracunan jika terhirup dalam jumlah besar secara terus menerus atau jika e-liquid untuk vape tertelan,” kata dr Aditya.

Penyebab kekhawatiran lainnya adalah peningkatan jumlah pengguna vaping dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan peningkatan laporan penyakit paru-paru terkait vaping, atau EVALI.

Menurut Dr. By the way, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan baru. Meski vape memiliki kandungan yang berbeda, namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk menjadi alternatif pengganti rokok biasa, karena keduanya mengandung nikotin, karsinogen, dan bahan beracun lainnya.

Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat untuk memahami dan menyebarkan pesan bahwa vaping tidak dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa.

“Masih ada bahaya yang mungkin timbul, dan penelitian masih terus dilakukan untuk memperjelas hubungan antara penggunaan rokok elektrik dengan kerusakan paru-paru atau masalah kesehatan lainnya,” kata Dr. Aditya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *