Dokter Sarankan Penderita Asma Berkumur Usai Pakai Inhaler, Ini Gunanya

iaminkuwait.com, JAKARTA – Dokter spesialis paru RS Chilising dr Agung Prasetyo menyarankan pasien asma untuk berkumur setelah menggunakan inhaler. Hal ini bertujuan untuk mencegah tukak lambung.

“Menghilangkan obat-obatan yang tersangkut di mulut dan tenggorokan untuk mencegah maag,” ujarnya dalam seminar online yang digelar Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam rangka memperingati Hari Asma Sedunia di Jakarta, Kamis (5 Februari 2024).

Agung tidak memungkiri, jika obat dihirup hingga mencapai paru-paru, ada kemungkinan sebagian akan menempel di mulut atau tenggorokan sehingga menimbulkan akibat seperti sariawan. Oleh karena itu ingatkan pasien untuk berkumur setelah menggunakan inhaler.

Selain itu, kata dia, obat inhaler tidak akan menyebar ke jantung, hati, atau ginjal karena langsung masuk ke paru-paru, berbeda dengan obat minum yang pertama kali masuk ke kerongkongan, ke lambung, ke usus, dari jantung. ke ginjal dan dikeluarkan dari tubuh. melalui urin (urin).

“Saat inhaler dihirup, ia langsung mencapai saluran pernapasan dalam hitungan detik. Oleh karena itu, reaksinya terjadi dalam beberapa menit dan membawa kelegaan,” kata Agung.

Ia menegaskan, obat-obatan yang dihirup tidak akan berdampak pada jantung karena hanya sampai ke paru-paru dan tidak menimbulkan kecanduan, seperti anggapan sebagian orang. Namun kekurangannya adalah harganya lebih mahal karena alatnya yang khusus. 

“Tetapi sebenarnya dalam skema BPJS, melalui program rujukan, Anda bisa meresepkan obat hirup di Puskesmas setempat dan mendapatkan obatnya di apotek yang mengikuti program rujukan,” ujarnya.

Asma merupakan penyakit kronis pada saluran pernafasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran pernafasan. Pada penderita asma, saluran pernafasan menjadi sensitif terhadap berbagai iritan, seperti alergen, udara dingin, polusi udara atau aktivitas fisik.

Iritasi ini menyebabkan saluran udara meradang, menyebabkan pembengkakan dan lendir berlebih, serta otot-otot di sekitar saluran udara menegang. Akibatnya, aliran udara menjadi terbatas sehingga menimbulkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan mengi.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan data Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan sebanyak 57,5 ​​persen penderita asma di Indonesia masih berisiko terkena serangan asma.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *