Doom Spending, Gaya Hidup Konsumtif yang Bisa Timbulkan ‘Malapetaka’ Finansial

iaminkuwait.com, JAKARTA – Istilah belanja azab masih terdengar asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia, meski fenomena ini semakin sering terjadi, terutama di kalangan generasi muda. Belanja malapetaka mengacu pada pengeluaran uang secara impulsif, berlebihan dan tidak terkendali sebagai respons terhadap stres atau kecemasan. Fenomena ini bisa berakibat serius jika tidak segera ditangani dan tertanam dalam gaya hidup sehari-hari.

Generasi muda saat ini yang seringkali didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z sangat rentan dengan praktik doom shopping. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berlebihan, antara lain:

1. Pengaruh media sosial

Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube seringkali mencerminkan gaya hidup konsumsi yang mewah. Fenomena ini dapat menekan generasi muda untuk meniru gaya hidup tersebut, meski secara finansial mereka tidak mampu melakukannya.

2. Keinginan untuk menghilangkan stres

Banyak anak muda yang menjadikan belanja sebagai pelarian untuk mengatasi stres atau tekanan hidup lainnya. Mengekspos diri pada hal-hal baru, meski hanya sementara, dipandang sebagai cara meredakan kecemasan.

3. Kemudahan belanja online

Menjamurnya platform e-commerce dan belanja online juga merupakan faktor penting. Dengan berbagai promosi harian, diskon besar-besaran, dan pembayaran yang mudah, sangat mudah bagi seseorang untuk terjebak dalam malapetaka belanja.

Dampak buruk dari menghabiskan azab

Tidak dapat dipungkiri bahwa doom shopping mempunyai beberapa dampak negatif, terutama dalam jangka panjang. Beberapa dampak negatif yang mungkin timbul antara lain:

1. Masalah keuangan

Jika kebiasaan buruk belanja ini tidak segera dihentikan, maka bisa menimbulkan masalah keuangan yang serius. Kebiasaan ini dapat mengakibatkan bertambahnya utang, berkurangnya tabungan, dan kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.

2. Masalah psikologis

Di balik kegembiraan sesaat dalam berbelanja impulsif, penyesalan, rasa bersalah, dan bahkan kecemasan yang lebih tinggi seringkali tersembunyi setelah kondisi keuangan memburuk.

3. Kehidupan sosial yang terganggu

Kebiasaan belanja yang buruk dapat mempengaruhi hubungan dengan keluarga dan teman, terutama jika perilaku ini menyebabkan masalah keuangan atau jika orang tersebut menjadi lebih pendiam dan enggan bersosialisasi.

Cara mengatasi permasalahan malapetaka

Mengatasi dampak buruknya memerlukan kesadaran dan upaya yang konsisten. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk melawan kebiasaan negatif ini:

1. Buat anggaran keuangan

Membuat dan berpegang pada anggaran keuangan adalah langkah penting. Dengan anggaran, Anda dapat mengatur pengeluaran dan memastikan uang dialokasikan dengan bijak.

2. Batas penggunaan kartu kredit

Kartu kredit sering kali menjadi alat utama untuk membelanjakan malapetaka. Pertimbangkan untuk menggunakan uang tunai atau kartu debit untuk mengontrol pengeluaran lebih banyak.

3. Menentukan prioritas

Buatlah daftar prioritas dan kebutuhan. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan untuk menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

4. Carilah pilihan lain untuk menghilangkan stres

Temukan cara sehat untuk mengatasi stres, seperti berolahraga, meditasi, atau bersosialisasi dengan teman dan keluarga.

5. Pendidikan keuangan

Meningkatkan pengetahuan pengelolaan keuangan melalui berbagai sumber dapat membantu mengambil keputusan keuangan yang lebih cerdas.

*Artikel ini dibuat oleh AI dan telah diverifikasi oleh tim editorial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *